Laman

28 Sep 2011

Nabi Ibrahim "Sang Pencari Tuhan??"

Kawan, Beberapa orang menggugat dan mempertanyakan kembali soal kenabian Nabi Ibrahim setelah menelaah kembali kandungan yang terdapat pada Surat Al-An`am ayat 74 sampai 83. Mereka berkata bahwa kenabian beliau didapat dari pencarian filosofis beliau terhadap alam semesta, di mana beliau berkata bahwa bintang itu tuhan, lalu bulan, lalu matahari, hingga akhirnya beliau menyadari ada kekuatan yang lebih besar dari pada benda-benda itu.


Pemahaman ini memang tidak bisa dihindari, karena jika kita membaca ayat yang tertulis di sana memang secara tekstual mengarah kepada hal itu. Namun, tidak semua penafsiran bisa dibenarkan jika memang bertentangan dengan akidah. Oke lah, jika hanya beranggapan bahwa Nabi Ibrahim ‘mencari tuhan’ dengan dalil yang ada, namun jika menggunakan ayat itu lalu beranggapan bahwa beliau hanya mendapatkan kenabian karena hasil pencarian filosofis tanpa ada peran Allah di dalamnya, ini tidak bisa kita terima.

Derajat kenabian itu murni dari kehendak Allah, bukan karena usaha pendekatan atau pencarian tuhan yang dilakukan oleh seseorang. Para Nabi dan Rasul yang diutus adalah orang-orang yang memang telah Allah pilih jauh sebelum mereka lahir ke bumi, apalagi nabi Ibrahim adalah salah satu dari lima Rasul ‘Ulul Azmi’. Sebagaimana Allah telah menentukan garis kehidupan setiap manusia, begitu juga Allah telah menentukan siapa saja yang menyebarkan AgamaNya di muka bumi ini.

Memang satu ayat bisa memiliki berbagai penafsiran, bahkan satu kata pun bisa memiliki berbagai arti yang berbeda. Aku tidak bermaksud menafsirkan ini dengan pikiranku, kita tetap belajar dan berharap agar Allah selalu member hidayah.

Aku pernah mengikuti pengajian Tafsir di Pondok Pesantren Al-Falah Nagreg Bandung, yang diajar oleh salah satu pengasuhnya yaitu KH. Ahmad Farizi. Beliau menjelaskan ayat ini kepada kami, maka sekarang kucoba untuk menjelaskan ayat ini seperti bagaimana beliau menjelaskan dengan sedikit penambahan dari sumber lain.

Bismillah. Nabi Ibrahim adalah seorang yang cerdas bahkan ketika dalam usia muda. Dalam surat Al-Anbiya ayat 60, Allah menyebut beliau dalam kisah penghancuran berhala dengan kata “Fata” atau pemuda. Dengan umur yang muda, beliau telah mengalahkan logika orang-orang penyembah berhala yang menanyakan sebab rusaknya berhala kepada beliau, lalu beliau berkata dalam ayat 63 “Yang mengerjakan adalah berhala yang besar, tanyakan saja kepadanya jika memang ia bisa bicara”.

Perkataan beliau memukul logika mereka, terlihat pada ayat setelahnya bahwa mereka berkata bahwa Nabi Ibrahim bodoh, dan berkata “Kau (Ibrahim) kan tahu, mereka tidak bisa bicara!”. Lalu Nabi Ibrahim menjawab “Lalu kenapa kau sembah selain Allah yang tidak bisa bermanfaat bagimu dan tidak bisa mencelakakanmu?”.

Kembali kepada surat Al-An`am. Pada permulaan ayat 74 beliau bertanya kepada ayahnya, kenapa menyembah sesuatu yang dibuat oleh tangan sendiri? Pastinya itu adalah perkataan yang sangat logis, bagaimana benda yang dibuat bisa dijadikan tuhan. Lalu ayat setelahnya Allah menerangkan bahwa beliau memberikan pengetahuan kepada beliau tentang segala hal. Lalu ayat setelahnya menerangkan tentang “pencarian” beliau tentang tuhan dari benda-benda astronomis.

KH Ahmad Farizi menjelaskan bahwa ini bukan tentang bagaimana beliau mencari tuhan, namun ini adalah cara bagaimana beliau berdakwah kepada tauhid, yaitu dengan kembali menguji logika mereka.

Beliau mengumpulkan kaumnya dan seolah-olah berkata, ‘Bintang itu berada jauh di langit dan ia tidak bisa disentuh oleh tanganmu! Bintang sama sekali bukan buatan tanganmu, dan ia tidak membutuhkan makanan atau minuman persembahan darimu, berarti dialah tuhanmu yang lebih tinggi dari sekedar batu yang kaupahat atau kayu yang kauukir!’ Namun ketika keesokan harinya, beliau mengumpulkan lagi kaumnya dan berkata, ‘tidak mungkin tuhan hanya muncul di malam hari, maka bintang bukanlah tuhanmu! Kita tunggu nanti malam!’.

Akhirnya ketika malam hari, beliau kembali mengumpulkan kaumnya dan seolah berkata, ‘Tuh bulan! Dia lebih besar dari pada bintang, pastinya dia lebih kuat dari mereka, maka itulah tuhanmu yang lebih pantas kau sembah dari pada batu-batu yang kau buat!’. Dan keesokan harinya pastilah bulan itu tidak bercahaya lagi, maka beliau berkata ‘Masa tuhan kalah cahayanya ketika siang? Berarti itu bukan tuhan! Tuhan tidak mungkin tenggelam. Jika Allah tidak memberiku hidayah, maka aku akan termasuk orang yang tersesat’.

Lalu beliau menunjukkan kepada mereka matahari, matahari yang lebih besar dan bercahaya dari sekedar bintang dan bulan, jauh lebih layak dijadikan tuhan dari pada sekedar berhala. Namun pastinya matahari akan tenggelam pada sore harinya. Oleh karena itulah beliau pada akhirnya berkata “Aku terlepas dari apa yang kau sekutukan”.

Hingga akhirnya beliau menunjukkan bahwa ada satu kekuatan besar yang menciptakan semua benda besar tadi, tuhan yang mengatur mereka hingga bisa terbit dan terbenam pada saatnya, pastinya jauh lebih memiliki kekuatan dari sekedar batu yang bisa dibuat manusia dan dihancurkan juga oleh manusia. Hingga beliau berdoa…
إني وجهت وجهي للذي فطر السموات و الأرض حنيفا و ما أنا من المشركين (79)

Kebenaran dalam tulisanku hanyalah dari Allah, dan kesalahan dalam tulisanku ini murni dariku. Semoga sedikit tulisan ini bermanfaat, meski mungkin pemahaman tentang ‘Pencarian Tuhan’ tidak bisa digantikan dengan tulisanku ini. Namun setidaknya bisa dijadikan perbandingan agar kita selalu berusaha untuk belajar. Wallahu A`lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar