Laman

9 Des 2011

Islam itu Agama, bukan Golongan!


Kau tahu? Fanatisme golongan sekarang sudah sangat mengakar dalam tubuh kita, hal itu tidak bisa dipungkiri bahkan oleh golongan yang bersikeras mendobrak segala golongan. Golongan seolah sekarang telah menjadi identitas tersendiri, hingga tidak cukup jika seseorang beragama Islam namun tidak menyebutkan golongannya, apakah Hijau? Biru? Putih? Kuning? Atau Hitam?.


Sebenarnya, adanya golongan-golongan yang memiliki berbagai macam perbedaan ini bukanlah pemecah bagi barisan kaum muslimin, sebenarnya. Hanya saja, semakin lama semakin ditiupkan rasa seolah perbedaan memang meniscayakan adanya perpecahan. Lihatlah, para sahabat dan tabi`in pun tidak selalu berada dalam satu garis pemahaman, di antara mereka banyak terdapat perbedaan pendapat dalam memahami suatu permasalahan, namun mereka tidak terpecah, kenapa itu tidak bisa diikuti oleh kita di zaman sekarang? Bahkan juga tidak bisa diikuti oleh orang yang selalu bangga dengan slogan mereka ‘kembali kepada generasi awal Islam’ itu.

Aku pernah mencoba untuk menulis sebuah catatan yang lumayan berisi, tentang salah satu golongan yang sudah terbiasa mencela golongan yang lain, sedikit-dikit mencela dan menyalahkan, namun ketika kita membalas ia malah lebih gencar mencari cela untuk disalahkan.

Niatku pertama adalah untuk membuka mata mereka bahwa apa yang selama ini kita (Golongan kami) jalani tidaklah salah, karena semua hal itu adalah ijtihadi yang memungkinkan adanya kebenaran di berbagai pihak. Aku ingin merangkul kembali, mengingatkan bahwa perbedaan pendapat ini tidak boleh dijadikan alat untuk perpecahan, saling fitnah, dan cela sana sini. Aku ingin mengajak agar kita saling menghormati pendapat yang bersebrangan agar tercipta sebuah keharmonisan, meski hanya ‘sepakat untuk tidak sepakat’.

Namun ternyata semakin lama kutulis, semakin kuikuti berbagai macam perdebatan, mengikuti jalan pikiran dan cara pandang mereka, maka semakin berubah juga orientasiku. Aku bahkan semakin merasa bahwa akulah yang benar dan merekalah yang salah, salah pemahaman, dan salah dalam metode pemahaman. Namun akhirnya aku berfikir, jika begitu maka apa bedanya aku dengan mereka? Merasa benar dan menyalahkan orang lain.

Beberapa waktu yang lalu muncul nama seorang penulis ke jagat penulisan buku di Indonesia, muncul tiba-tiba ke tengah medan peperangan antara berbagai macam ideologi itu bak pahlawan. Meski aku tak kenal siapa dia secara personal, namun aku kenal kepada salah seorang keluarganya. Ia tak jauh sepertiku, menulis tentang mereka, kesalahan mereka, sejarah mereka dari sudut pandang dia, dan berbagai masalah yang membuat mereka ‘Gerah’. Setelah beberapa bulan bukunya terbit, reaksi mulai bermunculan, pro dan kontra, kritikan dan dukungan. Namun sayang, ternyata lebih besar pasak dari pada tiang, hujatan demi hujatan datang silih berganti, dari berbagai macam lapisan, entah cendekiawan, ulama, guru bahkan orang awam. Menyurutkan niatku untuk meneruskan tulisan pertamaku.

Semakin waktu berjalan, aku semakin sadar bahwa ternyata niatku sudah jauh dari tulus. Aku semakin dengki, benci, bahkan berambisi untuk melumat habis mereka. Hilanglah niat awalku untuk mendekatkan antara dua belah pihak, hilanglah harapanku untuk munculnya perdamaian di antara keduanya. Akhirnya aku putuskan biar tulisan pertamaku itu ditelan bumi, masih banyak hal yang bisa ditulis, masih banyak hal yang bisa menyatukan sesama. Namun apakah hal itu?

Apa kira-kira tulisan yang bermanfaat untuk semua? Tulisan yang bisa diterima oleh semua golongan, agar tulisanku tidak diangkat di sini namun dicemooh habis di sana. Aku ingin menyudahi perang dingin ini, agar setidaknya meredam sejenak perang ideologi yang selalu marak dan tak pernah habis. Dunia maya penuh dengan kebencian antara hijau dan putih, kuning dan hijau, biru dan putih. Begitu juga dunia nyata, diskusi, majlis ilmiah, seminar, hingga buku-buku di perpustakaan, antar percetakan bahkan hingga tukang sayur di komplek. Ya Allah. Kemana arah umatMu ini?

Ada satu pertanyaan yang aku minya kau menjawabnya. Hal apa yang bisa ditulis tapi tidak menuai kontroversi? Bermanfaat, diterima oleh semua lapisan masyarakat dari berbagai kalangan. Ada ide? 

4 komentar:

  1. assalamualaikum....
    tulisan yang sangat menggugah diri....
    biar mantap blognya,make template disini aja ustadz:

    creatingwebsite-maskolis.blogspot.com
    or disini:
    http://www.dhetemplate.com/

    BalasHapus
  2. Oh, terimakasih... ini juga pake template yang biasa dari blogger... belum mau ngorek2 lagi...
    yah, trimakasih lagi lah... udah berkunjung.... =D

    BalasHapus
  3. hmmm. mencoba meraba-raba apa dan siapa yang dibilang golongan di atas. jadi pengen baca tulisan analisisnya..

    -novi,

    BalasHapus
  4. Yah, kan judulnya biar bisa dibaca berbagai golongan, dari nama golongan di sensor... :)

    BalasHapus