Laman

8 Mar 2013

Apa fungsi media mahasiswa?


Anda mungkin sering mendapatkan berbagai macam buletin mahasiswa di komunitas Masisir ini. Di antara buletin itu ada yang hanya anda lihat sampulnya kemudian anda simpan, ataupun anda cari tulisan yang menarik lalu anda membacanya. Terlepas dari apa pendapat anda tentang kehadiran berbagai macam buletin ini, saya ingin coba menangkap beberapa fungsi dari kehadiran mereka di komunitas ini.

Oke, kita sepakat bahwa menulis itu penting. Para cendekiawan sekelas imam al-Ghazali dan al-Razi tidak akan bisa kita kenal jika mereka tidak meninggalkan catatan sejarah berupa karya tulisan mereka. Kita pun tidak bisa menyelami pikiran Ibnu Rusydi hingga Aristoteles jika mereka tidak pernah menuliskan buah pikiran mereka. Terlebih lagi keberadaan kita di negeri ini sebagai mahasiswa yang ditunggu untuk berkarya, mentransformasikan ilmu-ilmu al-Azhar kepada masyarakat Indonesia.

Maka, fungsi dasar adanya media mahasiswa seperti buletin atau website adalah sebagai ajang bagi para mahasiswa untuk berlatih menulis. Memang, menulis bukanlah hal yang mudah. Perlu latihan untuk mengurutkan logika yang ada di kepala agar kemudian diterjemahkan dalam untaian-untaian kata. Sebagaimana ucapan pendiri buletin TëROBOSAN, Syarifuddin Abdullah, yang tertulis di buku Ketika aku menjadi kru TëROBOSAN, “Menulis adalah berfikir secara teratur”

Selain itu juga media mahasiswa bisa menjadi tempat untuk berdialog dengan cara dewasa. Memang dialog bisa saja dilakukang di jejaring sosial Facebook, bahkan dialog itu akan terasa lebih seru ketika kita saling beradu argumen di dalam sebuah rentetan komentar. Namun terdapat perbedaan yang sangat jauh antara menulis sebuah artikel di sebuah media dengan menulis di jejaring facebook.

Menulis sebuah artikel di media membutuhkan pemilihan diksi yang tepat. Kita tidak bisa asal meluapkan ide sebagaimana ketika kita menuliskan sebuah komentar di facebook. Pertanggungjawaban yang dimintai ketika menulis sebuah artikel di media jauh lebih tinggi ketimbang pertanggungjawaban yang akan dimintai ketika menulis sebuah catatan di facebook. Pembaca artikel di media tidak terbatas hanya teman yang ada di facebook, bahkan tulisan yang kita tulis masih akan bertahan hingga puluhan tahun ke depan.

Di sisi lain, semua orang bisa menulis dan menuangkan idenya di facebook, namun tidak semua orang bisa menuliskan sebuah artikel yang berkualitas di sebuah media. Kita memang bisa sembarang meluapkan emosi kekesalan kita dengan menuliskannya di dalam sebuah komentar, namun kita tidak bisa melakukan hal itu ketika menulis di media.

Media mahasiswa juga berfungsi sebagai catatan sejarah. Kita tahu bahwa anggota komunitas Masisir ini akan selalu berubah setiap tahunnya. Bahkan setiap lima tahun masisir akan memiliki anggota komunitas yang benar-benar baru dan berbeda dengan anggota lima tahun sebelumnya. Hal ini menyebabkan Masisir benar-benar tidak akan mengetahui apa yang terjadi di komunitas ini lepas tiga tahun sebelum kedatangan mereka ke negeri ini. Masisir terputus dari sejarahnya.

Memang, banyak kejadian tabu yang lebih baik tidak diceritakan kepada generasi setelahnya. Namun banyak hal yang jika kita tidak melihat kepada sejarah maka kita akan kehilangan pijakan. Seperti halnya sistem SGS yang diterapkan PPMI melalui Musyawarah Besar pada tahun 2003 yang lalu. Sebagian mahasiswa saat ini menyalahkan bahkan mengkritik rumitnya sistem yang digunakan oleh PPMI dalam berorganisasi. Kenapa PPMI menggunakan trias politika sebagai sistem keorganisasian? Kritik itu biasanya didasari oleh pola pikir mahasiswa saat ini yang tidak mau disibukkan dengan rumitnya sistem yang ada di tubuh PPMI, namun tidak didasari dengan pemahaman atas pola pikir mahasiswa saat itu.

Untuk memahami kenapa sistem yang ada ini diterapkan, maka kita harus mengetahui apa alasan dan bagaimana keadaan mahasiswa saat sistem ini mulai dijalankan. Kita harus tahu sejarah awalnya. Dan cara untuk mengetahuinya hanya ada dua, yaitu bertemu langsung dengan pelaku sejarah atau membuka kembali arsip berita yang menjelaskan tentang hal itu. Hal ini diperlukan agar kita tidak menghukumi hal yang telah terjadi di masa lalu dengan pola pikir masa kini.

Media juga memberikan tempat bagi kaum yang merasa terzalimi ataupun kaum yang sedang berkuasa. Tugas media adalah memberikan tulisan secara objektif, dengan cara memberikan kesempatan yang sama bagi dua belah pihak yang berseteru untuk memberikan pendapat atau pembelaan atas apa yang menimpa dirinya.

Contohnya saja dalam kasus suap yang menerpa presiden Partai Keadilan Sejahtera yang memang memiliki basis simpatisan di komunitas kita ini. Saya memperhatikan bahwa kasus ini seolah menjadi kesempatan emas bagi pihak yang kurang suka terhadap partai ini untuk menghujat dan melancarkan serangan. Berbagai macam komentar dan status yang senada memenuhi beranda facebook selama berhari-hari. Di sisi lain, para simpatisan partai ini pun seolah memberikan pembelaannya lewat status-status yang mereka buat. Terjadi perang terbuka antara kedua belah pihak meski tidak dengan cara konfrontasi langsung.

Namun kembali ke paragrap atas bahwa diskusi yang diadakan di jejaring sosial facebook terkadang lebih banyak diisi dengan olok-olok dan cemoohan, bahkan jauh dari pada kata pantas bagi seorang mahasiswa. Maka, media seharusnya memberikan kesempatan yang sama pada mereka untuk menuliskan pendapatnya. Terlepas dari apakah mereka mau menulis atau tidak, atau mereka lebih memilih untuk berdebat kusir di jejaring sosial.

Kasus yang sama sering terjadi antara PPMI dengan Masisir. Seperti biasa, pihak yang berkuasa akan selalu memiliki lawan politik yang tidak rela dengan program yang dicanangkan. Banyak kritik disampaikan kepada PPMI di setiap periode, di antaranya ada yang melancarkan kritik dengan cara dewasa ada juga yang mengkritik dengan cara yang kurang etis.

Ketika berita tentang serangan Israel terhadap penduduk Gaza santer diberitakan, beberapa bulan lalu, ada beberapa pihak yang kecewa terhadap PPMI atas diamnya mereka terhadap isu kemanusiaan ini. Akhirnya salah satu oknum dari pihak itu membuat sebuah gambar yang di dalamnya terdapat beberapa foto korban penduduk Gaza, lalu di dalamnya terdapat tulisan yang menyatakan bahwa naluri PPMI telah mati karena hingga serangan di hari yang ke sekian PPMI tidak melakukan tindakan yang berarti. Akhirnya foto itu disebarkan di jejaring sosial facebook dengan menandai beberapa orang pejabat PPMI dan beberapa pihak lain.

Menurut kaca mata saya, seorang mahasiswa seharusnya bisa melancarkan kritik dengan cara yang lebih etis, dengan cara mahasiswa. Pihak yang menerima kritikan pun akan memberikan respon yang berbeda ketika kritik itu dilancarkan dengan cara yang berbeda pula.

Saat ini pun PPMI dinilai kurang bisa mensosialisasikan programnya kepada kalangan Masisir. Menurut survey yang dilakukan oleh TëROBOSAN, 55% koresponden menilai bahwa sosialisasi program DPP PPMI kurang menyeluruh, kurang bisa menyentuh Masisir keseluruhan (Lihat: TëROBOSAN edisi 350, 22 Februari 2012). Belum lagi terkait keberadaan BPA dan MPA serta berbagai macam programnya yang seolah sama sekali tidak tercium oleh Masisir. Tidak ada penjelasan tentang urgensi berbagai macam sidang yang diadakan BPA dan MPA, bahkan tidak ada penjelasan mengenai tugas masing-masing lembaga di PPMI. Maka, apakah PPMI hanya akan menyalahkan Masisir yang tidak mau datang karena merasa telah melakukan tugasnya semaksimal mungkin?

Masisir ini memiliki berbagai macam media yang bisa digunakan sebagai alat untuk PPMI bersosialisai, dengan menuliskan berbagai macam artikel tentang program yang telah dicanangkan oleh PPMI. Bahkan PPMI pun sebenarnya telah memiliki buletin Suara PPMI yang jika diurus dengan benar maka ia akan bisa menjadi semacam tameng bagi PPMI untuk membela diri dari berbagai macam kritikan yang dilancarkan kepada mereka. Namun sangat disayangkan, kesempatan ini pun kurang dipergunakan dengan baik.
Status Mahasiswa tidak akan lepas dari membaca dan menulis. Jika mahasiswa tidak terbiasa dengan keduanya, maka saya rasa perlu dipertimbangkan lagi status kemahasiswaannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar