Laman

29 Jul 2011

Alexandria…. Akhirnya tiba juga di sana… Part II

Hari ke tiga dimulai! Kita berencana untuk mengunjungi makam Nabi Daniel as. dan Abu Darda ra.!

Perjalanan dimulai dari asrama sekitar jam sepuluh pagi. Seperti kemarin, kita akan diantar oleh Guide kita. Pertama kali, kita berangkat menuju stasiun kereta api yang letaknya kira-kira dua ratus meter dari belakang asrama. Ternyata stasiunnya tak jauh seperti stasiun kereta di Indonesia (Khususnya Bandung, karena aku lebih menghafal daerah sana dari yang lain), bahkan bisa dibilang stasiun Cimekar atau Cikudapateuh di Bandung lebih bagus dan rapi dari pada stasiun itu. Oh, ya! Nama stasiunnya Ashafrah, yang artinya burung, memang daerahnya bernama Ashafrah. Entah bagaimana sejarahnya kok bisa dinamai dengan “Burung” =D




Seingatku, harga tiketnya sangat murah. Jika kita membeli di loket maka harganya hanya 50 Qirsy, atau setengah Pond, namun jika kita membeli tiket di dalam kereta, harganya pun tak jauh beda, hanya 75 Qirsy. Namun, meski harga murah dan stasiun sedikit belepotan, kereta di sini lebih banyak dan menunggunya tidak lama seperti di Indonesia. Memang, keretanya sangat kusam jika dilihat dari luar, namun ketika kita masuk ke dalam, isinya lumayan bersih. Tidak ada corat-coret, bau pesing seperti yang biasa kita temukan di kereta ekonomi. Bahkan, pedagang asongan pun hanya sedikit.


Aku jadi teringat, jika pulang setelah liburan pesantren dulu. Jika kita pergi naik kereta ekonomi “Kahuripan” dari Madiun menuju Bandung (atau sebaliknya), kita bisa mengenali daerah cukup dengan mendengar para pedagang asongan yang berlalu lalang. Jika kita mendengar kata “Lanting! Lantingnya pak, bu!” berarti kita sedang berada di daerah sekitar Cilacap, atau daerah antara Jogja dan Ciamis. Suara “Popmi! Susu! Kopi! Nasi ayam anget!” akan selalu berkumandang, menandakan kita masih berada di jawa tengah. Namun, ketika kita mendengar “Bala-bala, Cireng, Gehu! Lontong-lontong!” berarti kita sudah sampai di jawa barat! Jika pedagang asongan bilang “Pecel-pecel!” atau “Brem! Brem!” berarti itu daerah antara Madiun dan Ngawi, dan begitu seterusnya. Kita tidak membicarakan itu di sini… haha


Kita akan pergi menuju stasiun Alexandria di ujung jurusan kereta ini. jika kita melihat sekeliling, memang daerahnya tidak terlalu kumuh seperti biasanya kita lihat di samping rel di Jakarta atau Bandung. Di sini hanya kotor dengan sampah berserakan, namun tidak terlihat gubuk-gubuk kecil dan anak-anak berlari-larian. Memang lain ladang lain belalang! Lain daerah, lain adatnya. Perjalanan hanya dihiasi dengan gedung-gedung perumahan, dan beberapa pabrik. Hingga akhirnya kita sampai di stasiun Alexandria.


Stasiun Alexandria, stasiun yang cukup besar dan tua. Meski tidak semodern stasiun Bandung atau Gambir, namun stasiun ini bisa dikatakan sibuk juga. Stasiun ini dibangun antara tahun 1915 sampai 1925 oleh dua orang arsitektur dari Italia, Antonio Lasciac dan Leonidas Iconomopolou. Memang, terlihat dari bangunannya yang megah dan tua.


Setelah keluar dari stasiun, kita akan melihat tugu pahlawan di sebrang jalan. Sebuah tugu coklat bertuliskan ayat Al-Qur'an tentang kehidupan para syuhada di jalan Allah. “Dan janganlah kau bilang orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati, padahal mereka hidup dan kalian tidak merasakannya!” (Al-Baqarah 154). Satu lagi yang belum kulihat di Indonesia.

Setelah sedikit berfoto di sana, kita menuju arah kiri stasiun untuk shalat di salah satu masjid di sana. Melewati terminal bus dan rel metro (Kereta listrik dalam kota yang hanya dua gerbong. Bukan metro bawah tanah seperti di Cairo). Setelah selesai shalat, kita kembali ke tempat tadi, lalu terus menuju ke Teater Romawi yang terletak di sebelah kanan stasiun alexandria.


Aku tidak terlalu mengetahui sejarah tentang bangunan di sini, karena sumber yang kucari juga tidak memberikan keterangan yang detail. (Di samping memang kita tidak masuk ke dalam, hanya melihat dari pagar). Ongkos masuknya kira-kira 15 pond untuk pelajar, namun untuk umum pastinya lebih mahal. Yang aku tahu, bangunan ini dibangun untuk pertunjukan-pertunjukan yang di adakan ketika jaman itu.

Lalu kami berangkat menuju makam Nabi Daniel. Letaknya dekat dari teather romawi tadi, kita hanya tinggal berjalan ke arah kiri hingga ada persimpangan, lalu ke kanan hingga ada perempatan yang di sebelah kanan itu ada masjid dengan gerbang dari batu dengan pintu dari besi.

Ketika kita masuk ke dalam masjid, kita akan melihat ada tangga turun di ujung pandangan kita. Setelah menyebrangi dalam masjid, kita menuruni tangga ke bawah. Di bawah, ada sebuah ruangan yang berdindingkan marmer membuat udara terasa dingin. Tepat di bawah tangga yang kita turuni, itulah yang disebut dengan makam Nabi Daniel. Lalu agak ke sampingnya di sana ada makam Luqman Al-Hakim yang disebut di dalam Al-Qur'an dengan nasehatnya kepada anaknya. Ketika kita ke sana, memang sedang ada renofasi, jadi tempatnya agak kotor dan berdebu.


Ada perbedaan pendapat tentang letak makam Nabi Daniel. Ada sumber yang mengatakan bahwa ini memang makam Nabi Daniel (klik di sini), namun ada juga yang mengatakan bahwa beliau dimakamkan di daerah Iraq (klik di sini) –itu menurut sumber yang berasal dari Kitab Daniel ditambah dari buku-buku karangan orang barat.

Namun, masalah ini makam beliau atau bukan, jika niat kita memang untuk mendoakan beliau maka (jika Allah berkehendak) doa kita akan dikabulkan dan sampai kepada beliau (Al-Hasyr 10). Dan juga jika kita mengucapkan salam kepada mayit yang ada di dalam makam ini, siapapun ia, maka salam kita akan sampai kepada beliau dengan hadis Rasulullah yang menganjurkan kita untuk mengucapkan salam ketika melewati pekuburan. Tidak ada ulama yang menentang hadis ini.

Lalu masalah berdoa, kenapa “harus” di kuburan? Bukankah kita berdoa di mana saja bisa? Tidak ada dalil yang khusus melarang kita berdoa di kuburan, karena berdoa di mana saja bisa. Dan juga berdoa di sini bukanlah sebuah keharusan dan bukan maksiat. Ah, kita tidak sedang membicarakan hal itu di sini, biar kita bahas di lain waktu.

Setelah dari sana, kita kembali ke masjid tadi kita shalat untuk naik kereta metro nomer 4 yang memang melewati depan masjid itu menuju makam Abu Darda. Daerahnya memang agak kotor, (mafhum sih, Mesir!), dan becek. Setelah menunggu lama, akhirnya kita naik kereta itu, dengan ongkos yang hanya 25 Qirsy, kereta berangkat. Perjalanan agak lambat karena emang keretanya lambat ditambah melewati pasar yang semrawutnya gila! Ketika naik kereta ini, perasaan kita terbawa ke daerah eropa yang sering kita lihat metro jalan raya mereka di tv, namun hilang sudah karena lewat pasar dan sedikit bau.



Tak lama, kita sampai di tempatnya. Makam beliau terdapat di sebuah bangunan yang terletak persis di tengah jalan. Di dalamnya terdapat lima makam yang berjejer di kanan dan kiri, lalu makam Abu Darda di tengah-tengah. Setelah berdoa dan mendoakan beliau, kita pulang.


Perjalanan kembali ke tempat semula. Waktu menunjukkan jam lima sore. Setelah tiba di stasiun Ashafrah, kita mampir sebentar di toko Hawawisy, roti isi daging. Satunya cuma 5 Pond, tapi sudah cukup untuk berdua! Maka, kami berlima memesan dua. Lalu kita duduk di depan kafe minuman, dan memesan minuman khas Mesir, Air Tebu! Lumayan lah, dinginnya bisa menghilangkan dahaga. (aku tak tahu kenapa air gilingan tebu bisa dingin, padahal tidak pake es! Ada yang tahu?)

Cukuplah perjalanan hari ke tiga ini, kita lanjutkan lain waktu… haha
Terimakasih sudah menyimak...


11 komentar:

  1. smakin kuat irodah ana utk ke mmpelajari ilmu Allah di negeri kinanah >_<

    BalasHapus
  2. Semua garis hidup kita sudah dituliskan di lauh mahfudz, namun kita tetap diberi kesempatan untuk berikhtiar....maka, apa salahnya berikhtiar? siapa tahu jika ternyata di sini adalah sebuah takdir??

    Yah, Semoga kita mendapatkan yang terbaik dari Allah.... Amiin...

    BalasHapus
  3. Aamiin.. tpi ana msih d SMA, stelah SMA insyaAllah mw mondok dlu.. ada saran utk cita2 ana?

    BalasHapus
  4. Wah, gimana ya.... ujian untuk ke sini kita harus siap bahasa arab, lalu pelajaran-pelajaran agama dari fikih dan sebagainya, itu juga ujiannya pake bahasa arab... trus ditambah hafalan Al-Qur'an minimal 3 Juz.... Ujian biasanya ada dua tempat, yang beasiswa di kedutaan mesir, dan non beasiswa di depag (biasanya di UIN dii beberapa kota)antara bulan april atau mei.

    Tapi masalahnya, mulai dari tahun ini Al-Azhar tidak menerima pengakuan Ijazah depag dan pesantren-pesantren lainnya. jadi meski lulus ujian di Indonesia, di sini harus masuk Ma`had lagi satu tahun, abis itu ujian lagi biar dapet ijazah Mesir. Memang, tahun kemarin terakhir Al-Azhar menerima pengakuan beberapa ijazah, namun mulai tahun ini semuanya dicabut...

    BalasHapus
  5. subhanalloh, brarti persyaratan ijazah hnya ijazah dr Mesir akh? klo untuk hafalan ana udah ikhtiyar dr dulu tinggal nnti di pondok d matengin

    BalasHapus
  6. Meski pengakuan ijazah udah dicabut, tapi ijazah dari Indonesia tetep dibutuhkan...
    Mungkin ntar ada ujian di Indonesia, tapi di sini bakal diuji lagi, karena ijazah tadi...

    ada kemungkinan setelah ujian itu akan masuk kuliah, atau mungkin aja masuk ma`had dulu.

    maaf, ana kurang tahu karena anak2 baru taun ini juga belum pada datang semuanya, jadi ana kurang tau mereka bisa langsung kuliah atau masuk ma`had dulu setaun... afwan..

    BalasHapus
  7. kira2 siapa orang yg tepat untuk ana jadikan konsultan tntg masalah ini?

    BalasHapus
  8. yah, Bisa ke ana, bisa juga ke temen ana di pesbuk, namanya Mazz Yaqien atau Romal Mujaddedi Ahda... mereka temen2 ana yang ngurusin anak baru yang beasiswa taun ini....

    kalo yang beasiswa, disediakan asrama dari Al-Azhar, tapi kalo yang nggak beasiswa itu tinggalnya di luar, ngekos, dan yang ngurus ada juga dari PPMI...

    BalasHapus
  9. klo tanya antum katanya antum kurang tau? gmn nih

    BalasHapus
  10. Yah, Afwan... emang birokrasi di sini aga ribet.. maka terkadang keputusan sekarang, bisa jadi berubah besoknya.... karena terkadang emang nggak jelas....

    untuk anak2 beasiswa yang baru datang tahun ini, alhamdulillah mereka bisa langsung kuliah, karena mereka ujiannya sejak taun kemaren, hanya nunggu visanya setahun, makanya mereka berangkat tahun ini..
    nah, karena ijazah mereka tahun kkemaren mu`adalah, maka taun ini mereka bisa ngurus... nggak tahu kalo ijazah yang tahun ini... untuk lebih jelasnya, coba tanya ke teman ana yang tadi, karena mereka berdua yang mengurusi anak2 beasiswa tahun ini... afwan, ana nggak bisa banyak membantu...

    BalasHapus