Laman

3 Agu 2013

Kebangkitan Islam di Turki dan Mesir

Ini adalah hari ke dua saya di Kota Istanbul. Perjalanan kami di sini lebih banyak diisi dengan pembicaraan-pembicaraan tentang kepemimpinan Perdana Menteri Recep Tayip Erdogan dan partainya yang notabene adalah Ikhwanul Muslimin versi Turki, dan perbandingannya dengan kepemimpinan Dr. Muhammad Mursi sebagai presiden Mesir Terpilih dari kalangan Ikhwanul Muslimin.
Kemajuan Islam di Turki semenjak dipegang oleh Erdogan menimbulkan berbagai macam pertanyaan dalam kepala saya. Apa yang terjadi sebenarnya di negeri ini? Kenapa IM yang di Mesir dinyatakan gagal (ataupun digagalkan) dalam memberikan pembaruan di Mesir, padahal saudaranya di Turki berhasil?

Kita tahu bahwa Kesultanan Turki Utsmani dihancurkan sedemikian rupa, bahkan Islam pun dikubur dalam-dalam oleh militer Turki di bawah kendali Musthafa Kemal Attaturk setelah perang dunia pertama. Segala macam nafas Islam dipaksa untuk dipadamkan. Azan di masjid-masjid dirubah menjadi bahasa Turki. Pembacaan al-Quran dilarang sama sekali. Peci, kerudung, dan berbagai macam atribut keislaman dihapuskan. Tulisan Arab dilarang dan dirubah menjadi tulisan latin. Pelajaran-pelajaran agama dihapuskan dari sekolah-sekolah, dan meskipun ada pelajaran agama itu pun sangat terbatas dengan kuota yang sangat kecil. Maka bisa kita bayangkan sejahat apa orang yang bernama Musthafa Kemal itu.

Saya pikir kejahatan “Bapak Bangsa Turki” ini jauh, jauh lebih jahat ketimbang kejahatan Presiden Husni Mubarak di Mesir. Bagaimana tidak? Jika Husni Mubarak hanya membungkam kelompok Islam Ikhwanul Muslimin sedangkan praktek keagamaan masih berjalan seperti biasa, si Bapak Turki ini benar-benar membungkam Islam secara terang-terangan. Namun meski orang ini jahat, saya masih melihat foto, kutipan dan namanya disebut-sebut di Turki. Ada apa? Apa tidak ada dendam dalam hati mereka?

Saya tidak banyak tahu tentang ekonomi terkhususnya ekonomi di Turki, tapi dalam dua hari ini saya telah melihat bahwa Turki saat ini telah menjadi negara yang maju dan makmur. Perubahan yang diusung oleh Perdana Menteri Erdogan sejak sebelas tahun yang lalu telah berhasil untuk menjadikan Turki sebagai negara yang bisa diperhitungkan di dunia. Azan, pembacaan al-Quran, peci dan kerudung pun saat ini telah bebas digunakan di sini, sebuah loncatan besar bagi sebuah negara yang pernah terjadi penghapusan Islam secara menyeluruh.

Lalu saya mencoba untuk sedikit berbalik ke belakang. Di Mesir, digaungkan seruan-seruan kebangkitan Islam dengan majunya kelompok Ikhwanul Muslimin sebagai pemegang pemerintahan dengan Dr. Muhammad Mursi sebagai Presiden Mesir pertama yang terpilih secara demokratis. Dan hingga saat ini, saat Presiden Mursi digulingkan, seruan-seruan yang digaungkan oleh pendukungnya pun bukan hanya seruan untuk mendukung Mursi kembali menjadi presiden namun juga seruan untuk kebangkitan Islam. Namun perbedaannya, kenapa gaung kebangkitan Islam di Turki dan Mesir sangat berbeda?

Ikhwanul Muslimin, selama puluhan tahun dibungkam habis-habisan oleh rezim Husni Mubarak. Setelah rezim itu runtuh, Ikhwanul Muslimin mendapatkan kesempatan untuk merubah Mesir, namun kenapa baru satu tahun kelompok ini memegang kekuasaan mereka telah diruntuhkan?

Sebagian kalangan menilai kebangkitan Islam di Turki adalah karena jasa Ikhwanul Muslimin versi Turki dengan AKP sebagai partainya dan Erdogan sebagai Perdana Menteri. Ya, AKP di Turki tidak berbeda dengan IM di Mesir, hal itu saya dapatkan ketika Imam Masjid Sultanahmet menyapa rombongan kami. Setelah ia mengetahui bahwa kami adalah mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Mesir, ia mengatakan bahwa seluruh rakyat Turki bersama Mursi, seluruh rakyat Turki adalah Ikhwan. Namun bukan berarti kebangkitan Islam di Turki adalah semata-mata karena jasa IM versi Turki ini.

Saya lihat bahwa AKP memiliki perbedaan yang jauh dengan PKS ataupun IM di Mesir. Saya menilai jika saja IM di Mesir ataupun PKS di Indonesia menggantikan posisi AKP sejak awal lima belas tahun yang lalu, mungkin perubahan yang terjadi di Turki tidak akan seberhasil yang kita saksikan sekarang.

Sejauh pengamatan saya, tidak ada perubahan secara radikal yang terjadi di Turki. Perubahan di Turki tidak berlangsung secepat membalik telapak tangan. Saat pertama kali Erdogan terpilih menjadi Perdana Menteri Turki, berbagai kalangan meragukan kepemimpinannya yang diisukan akan membangkitkan kembali kekuatan Islam di Turki. Namun ternyata tidak,tidak ada perubahan dalam sistem pemerintahan, sistem yang dijalankan tetaplah sistem sekular, penggunaan simbol-simbol Islam pun baru dibebaskan setelah sekian tahun ia menjabat sebagai Perdana Menteri.

Erdogan lebih mendahulukan pembangunan ekonomi negara ketimbang hal lain, dan itu pun memakan waktu yang tidak sebentar. Setelah Turki memiliki ekonomi yang kuat, menjadi negara yang diperhitungkan seperti sekarang, barulah rakyat Turki bisa menghirup nafas Islam dengan sebebas-bebasnya. Maka, saat beberapa bulan lalu terjadi demonstrasi menentang kepemimpinan Erdogan, rakyat yang mendukungnya pun lebih banyak karena mereka menilai bahwa kepemimpinannya telah membawa mereka ke dalam kemakmuran.

Berbeda dengan Mesir. Saya memperhatikan bahwa IM mencoba untuk mengadakan perubahan dengan cara yang radikal. Perubahan terhadap Undang-Undang Dasar Negara yang sempat menuai kontroversi, kebijakan obligasi, dan beberapa kebijakan yang membuat lawan politik mereka kurang bisa menerima. Maka tidak heran perubahan radikal ini menjadikan rakyat kaget hingga akhirnya para lawan politik pun menggulingkan mereka.

Di sisi lain terdapat corak yang berbeda antara Tukri dan Mesir. Setelah sekian puluh tahun dibelenggu oleh kekangan pemerintahan yang sekular, rakyat pun merindukan kembali nafas-nafas keislaman dalam kehidupan mereka. Maka, kebangkitan Islam yang diawali dengan kebangkitan ekonomi adalah solusi yang pas yang telah digunakan Erdogan untuk rakyat Turki.

Namun di Mesir, permasalahan utama bukanlah negara yang hidupnya tidak islami. Praktek ibadah dan simbol-simbol Islam tidak pernah dikekang saat era Husni Mubarak, ia hanya mengekang pihak-pihak yang dinilai akan mengganggu posisinya sebagai pemimpin negara. Maka, perubahan radikal dalam kehidupan Islami rakyat Mesir belum terlalu dibutuhkan oleh mereka. Rakyat Mesir sudah Islami dan belum perlu dirubah untuk menjadi lebih Islami. Rakyat Mesir memiliki masalah buta huruf, pengangguran dan ekonomi yang masih melilit leher mereka, dan keamanan negara yang memburuk sejak jatuhnya Husni Mubarak.

Saya berkesimpulan bahwa jika saja IM menomersekiankan slogan-slogan Islam dan Islamisasi Mesir lalu mendahulukan hal yang lebih dibutuhkan oleh rakyat Mesir, mungkin saat ini IM masih diberikan kesempatan untuk melanjutkan apa yang telah diprogramkan.

Bukan berarti saya menolak Islam dalam berpolitik atau islamisasi politik, hanya saja saya melihat bahwa strategi yang halus itu dibutuhkan agar pihak-pihak yang membenci Islam tidak terlalu kaget hingga berkonspirasi untuk menghancurkan usaha itu.

Di samping itu juga sebagian kalangan memandang bahwa IM tidak pantas dikatakan mewakili Islam secara keseluruhan, IM hanya separuh dari masyarakat Islam Mesir yang berbeda-beda. Maka tidak heran jika banyak juga kelompok Islam yang terang-terangan menentang IM. Hal itu bukan karena pihak-pihak tersebut membenci Islam atau tidak suka dengan kebangkitan Islam di Mesir, namun lebih kepada ketidaksukaan mereka terhadap Islam "versi IM" yang sedang diusahakan untuk dibangkitkan. IM memang Islam, tapi tidak semua Islam itu adalah IM.

AKP di Turki memang IM namun dengan versi yang berbeda. Maka, jika IM atau PKS ingin memberikan perubahan dinegeri masing-masing, contohlah apa yang dilakukan oleh saudaranya di Turki. Semoga bermanfaat.

3 komentar:

  1. jadi, kenyang dulu, baru sholat ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya tidak seperti itu juga... qiyas ma`al fariq sepertinya... :)

      Hapus
  2. kan sholat dimakruhkan untuk memikirkan makan wkkwkw :D

    BalasHapus