Laman

3 Agu 2013

Konflik Suriah dan Peran Media Informasi

Setelah mengikuti seminar tentang krisis Suriah yang dihadiri oleh Atase Pertahanan KBRI Kairo dan perwakilan PPI Suriah kemarin, saya mendapatkan sedikit pencerahan tentang apa yang sebenarnya terjadi di sana.
Perlu diketahui bahwa sebenarnya terdapat dua konflik yang berseteru di sana: Pertama adalah konflik kepentingan antara Amerika, Israel, Prancis, dan Saudi dengan Negara Iran dan Rusia. Kedua adalah konflik Sunni dan Syi`ah.

Amerika, Israel, Perancis menginginkan Basyar Asad jatuh karena Suriah adalah salah satu Negara yang kencang melawan Israel. Israel memiliki kepentingan karena Suriah adalah jembatan bagi mereka untuk menguasai Iran, jika Suriah telah dikuasai maka mereka bisa menyimpan pangkalan militer di Suriah untuk sekedar mengisi bahan bakar pesawat yang kemudian digunakan untuk menyerang Iran.

Saudi pun memiliki kepentingan di sana, yaitu untuk menegakkan Negara Sunni yang bersih dari Syiah. Mereka tidak ingin Negara yang didoakan oleh Rasulullah itu dikuasai oleh Syiah. Pastinya Amerika dan Saudi akan selalu bersahabat meski Saudi beralasan ingin mendirikan Negara sunni.

Kubu ini ingin menghancurkan pemerintahan Basyar Asad, mereka mendukung para pemberontak dengan menyuplai senjata untuk melawan pasukan pemerintah. Namun ternyata isu yang diangkat dan disebarkan ke seluruh dunia adalah bahwa pemberontakan ini dilakukan oleh para Muslim Sunni yang ingin menghancurkan pemerintahan Syi`ah di sana. Lalu disebarkanlah kabar bahwa Basyar menyiksa orang yang tidak mengakuinya sebagai tuhan, mereka menindas kaum muslim sunni, berbagai foto dan video diunggah oleh pasukan pemberontak untuk mencitrakan keburukan pada pemerintah Suriah dan menarik simpati dunia kepada mereka.

Karena isu sectarian inilah yang disebarkan, maka tidak heran bahwa konflik ini telah menarik simpati kaum muslim di seluruh dunia. Bahkan banyak kaum muslimin dari berbagai belahan dunia yang rela pergi ke Suriah untuk berjihad. Saat mendengar kata “Jihad”, sebagian kaum muslim terdorong keimanannya untuk melakukannya meski terkadang ia tidak tahu siapa kawan dan siapa lawan di sana. Dikabarkan bahwa ratusan korban telah berjatuhan dari pihak pasukan pemberontak yang ternyata mereka berasal dari luar Suriah, seperti Saudi, Turki, Mesir, bahkan dari Indonesia.

Maka, terjawablah sudah pertanyaan yang ada di kepala saya (yang membuat saya diam) tentang Suriah selama ini. Jika ini adalah konflik sektarian antara Sunni dan Syi`ah, kenapa Obama harus berkeliling ke Negara-negara Eropa untuk mencari dukungan hingga mereka sepakat untuk menyuplai senjata untuk pasukan pemberontak? Kenapa Amerika ikut turun tangan dalam konflik Sunni Syiah di Suriah padahal konflik yang sama terjadi di Irak tapi seolah dibiarkan begitu saja agar mereka saling perang?

Iran dan Rusia juga memiliki kepentingan di Suriah. Mereka menginginkan agar pemerintah Suriah tetap pada tempatnya, karena Suriah adalah rekan dekatnya Rusia. Mereka tidak ingin Suriah dikuasai oleh Amerika dan Israel, karena jika Suriah telah terkuasai semakin besar lah dominasi Amerika dan Israel di timur tengah. Maka jika itu terjadi, kita tinggal menunggu waktu kapan Amerika dan Israel akan menghancurkan Iran dengan alasan pengayaan nuklirnya.

Maka terjawab juga pertanyaan saya tentang bagaimana posisi Syaikh Sa`id Ramadhan al-Buthi Rahimahullah dalam konflik ini. Narasumber dalam seminar itu adalah satu dari dua puluh empat mahasiswa Indonesia yang bertahan di Damaskus dan tidak ingin dipulangkan ke Indonesia. Ia menceritakan bahwa Rakyat Suriah sebenarnya tidak menginginkan adanya peperangan ini. Sunni dan Syi`ah sebenarnya hidup damai sebelum terjadinya konflik ini. Yang saya pahami dari posisi Syaikh al-Buthi, beliau tidak menginginkan terjadinya perang, bukan berarti beliau mendukung kepemimpinan Syi`ah. Beliau memahami bahwa konflik yang terjadi bukanlah konflik Sunni dan Syi`ah, namun lebih kepada konflik kepentingan yang ditambahi aroma sektarian hingga aroma itulah yang tercium ke seluruh dunia.

Peran Media
Titik permasalahannya kembali lagi ke Media Informasi. Kita, kaum muslim terkadang sangat mudah dibodohi oleh media. Ketika melihat sebuah video ikan pari yang memiliki wajah, lalu video itu diberi judul “anak durhaka kepada orang tuanya”, saya beserta beberapa kawan saat itu langsung mempercayai bahwa ini adalah azab Allah kepadanya. Ketika melihat foto sebuah makhluk kurus, bertubuh wanita dan berwajah mancung, lalu foto itu ditambahkan kisah bahwa ia adalah seorang gadis yang melemparkan al-Qur’an yang sedang dibaca oleh ibunya, lalu ia diazab hingga berbentuk menjadi seperti hewan, saya menelan mentah informasi ini yang ternyata dikupas habis dalam sebuah episode dalam acara Khawatir. Mungkin anda pun pernah melihat foto dan video ini dan mempercayainya begitu saja.

Kita sering melihat gambar rakyat yang tewas, video-video penyiksaan, bahkan video pembunuhan seorang tentara yang tidak mau mengakui Basyar Asad adalah tuhan. Kita tidak sadar bahwa perasaan dan pikiran kita sedang digiring untuk mengiyakan apa yang terjadi dari gambar-gambar tersebut. Siapapun bisa mencatut foto dan video dari mana saja, lalu memberikan judul sesuai hatinya.

Sejelas apapun kebenaran yang diyakini oleh seorang manusia jika ia terus dijejali pikirannya dengan hal yang mengaburkan kebenaran itu maka lama kelamaan kebenaran itu pun akan lenyap dari pikirannya. Pencucian otak secara tidak sadar telah terjadi karena derasnya arus media di sekeliling kita.

Saya tidak berkata bahwa sebagian kawan yang mendukung satu pihak di Suriah sudah tercuci otaknya, saya hanya menekankan bahwa kekuatan media informasi bisa sampai pada penghapusan konsep ketuhanan dan keimanan yang ada pada diri. Maka, jangankan untuk hal yang masih diperdebatkan kebenarannya, jika menghapus tuhan dari benak manusia saja media bisa melakukannya apalagi hanya itu.

Allah telah mengingatkan kita untuk bersikap kritis dalam menerima informasi. Memang, kita akan terlihat plin-plan karena meragukan berbagai macam berita yang datang simpang siur kepada kita, tapi saya menilai itu jauh lebih baik dari pada menelan berita yang salah lalu celaka karena pemberitaan yang salah tersebut. Terlebih lagi jika pemberitaan itu telah menyangkut kepercayaan dan ideologi, terkadang tidak ada lagi objektivitas dan sikap kritis kita ketika menerima informasi tersebut.

Jika mendapat kabar dari orang yang kita ketahui dan kita kenal pun kita harus meneliti kebenarannya, bagaimana dengan kabar yang datang dari sumber yang kita tidak mengetahuinya?
Terlepas dari perdebatan pihak mana yang salah dan benar dalam konflik Suriah, saya tekankan bahwa media informasi sudah bermain di sini. Dan perlu diperhatikan bahwa media informasi tidak akan lepas dari kepentingan siapa yang menguasainya. Maka, sebagai kaum muslim kita harus berlatih dan membekali diri agar bisa kritis dalam menilai sebuah informasi.

“Wahai kaum muslim, jika datang seorang fasik kepadamu dengan membawa sebuah kabar maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohanmu dan akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu” al-Hujurat: 6
Semoga Bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar