Kawan, Beberapa orang menggugat dan mempertanyakan kembali soal
kenabian Nabi Ibrahim setelah menelaah kembali kandungan yang terdapat
pada Surat Al-An`am ayat 74 sampai 83. Mereka berkata bahwa kenabian
beliau didapat dari pencarian filosofis beliau terhadap alam semesta, di
mana beliau berkata bahwa bintang itu tuhan, lalu bulan, lalu matahari,
hingga akhirnya beliau menyadari ada kekuatan yang lebih besar dari
pada benda-benda itu.
Pemahaman ini memang tidak bisa dihindari, karena jika
kita membaca ayat yang tertulis di sana memang secara tekstual mengarah
kepada hal itu. Namun, tidak semua penafsiran bisa dibenarkan jika
memang bertentangan dengan akidah. Oke lah, jika hanya beranggapan bahwa
Nabi Ibrahim ‘mencari tuhan’ dengan dalil yang ada, namun jika
menggunakan ayat itu lalu beranggapan bahwa beliau hanya mendapatkan
kenabian karena hasil pencarian filosofis tanpa ada peran Allah di
dalamnya, ini tidak bisa kita terima.
Derajat kenabian itu murni dari kehendak Allah, bukan
karena usaha pendekatan atau pencarian tuhan yang dilakukan oleh
seseorang. Para Nabi dan Rasul yang diutus adalah orang-orang yang
memang telah Allah pilih jauh sebelum mereka lahir ke bumi, apalagi nabi
Ibrahim adalah salah satu dari lima Rasul ‘Ulul Azmi’.
Sebagaimana Allah telah menentukan garis kehidupan setiap manusia,
begitu juga Allah telah menentukan siapa saja yang menyebarkan AgamaNya
di muka bumi ini.
Memang satu ayat bisa memiliki berbagai penafsiran, bahkan
satu kata pun bisa memiliki berbagai arti yang berbeda. Aku tidak
bermaksud menafsirkan ini dengan pikiranku, kita tetap belajar dan
berharap agar Allah selalu member hidayah.
Aku pernah mengikuti pengajian Tafsir di Pondok Pesantren Al-Falah
Nagreg Bandung, yang diajar oleh salah satu pengasuhnya yaitu KH. Ahmad
Farizi. Beliau menjelaskan ayat ini kepada kami, maka sekarang kucoba
untuk menjelaskan ayat ini seperti bagaimana beliau menjelaskan dengan
sedikit penambahan dari sumber lain.
Bismillah. Nabi Ibrahim adalah seorang yang
cerdas bahkan ketika dalam usia muda. Dalam surat Al-Anbiya ayat 60,
Allah menyebut beliau dalam kisah penghancuran berhala dengan kata “Fata”
atau pemuda. Dengan umur yang muda, beliau telah mengalahkan logika
orang-orang penyembah berhala yang menanyakan sebab rusaknya berhala
kepada beliau, lalu beliau berkata dalam ayat 63 “Yang mengerjakan
adalah berhala yang besar, tanyakan saja kepadanya jika memang ia bisa
bicara”.
Perkataan beliau memukul logika mereka, terlihat pada ayat
setelahnya bahwa mereka berkata bahwa Nabi Ibrahim bodoh, dan berkata
“Kau (Ibrahim) kan tahu, mereka tidak bisa bicara!”. Lalu Nabi Ibrahim
menjawab “Lalu kenapa kau sembah selain Allah yang tidak bisa bermanfaat
bagimu dan tidak bisa mencelakakanmu?”.
Kembali kepada surat Al-An`am. Pada permulaan ayat 74
beliau bertanya kepada ayahnya, kenapa menyembah sesuatu yang dibuat
oleh tangan sendiri? Pastinya itu adalah perkataan yang sangat logis,
bagaimana benda yang dibuat bisa dijadikan tuhan. Lalu ayat setelahnya
Allah menerangkan bahwa beliau memberikan pengetahuan kepada beliau
tentang segala hal. Lalu ayat setelahnya menerangkan tentang “pencarian”
beliau tentang tuhan dari benda-benda astronomis.
KH Ahmad Farizi menjelaskan bahwa ini bukan tentang bagaimana beliau
mencari tuhan, namun ini adalah cara bagaimana beliau berdakwah kepada
tauhid, yaitu dengan kembali menguji logika mereka.
Beliau mengumpulkan kaumnya dan seolah-olah berkata,
‘Bintang itu berada jauh di langit dan ia tidak bisa disentuh oleh
tanganmu! Bintang sama sekali bukan buatan tanganmu, dan ia tidak
membutuhkan makanan atau minuman persembahan darimu, berarti dialah
tuhanmu yang lebih tinggi dari sekedar batu yang kaupahat atau kayu yang
kauukir!’ Namun ketika keesokan harinya, beliau mengumpulkan lagi
kaumnya dan berkata, ‘tidak mungkin tuhan hanya muncul di malam hari,
maka bintang bukanlah tuhanmu! Kita tunggu nanti malam!’.
Akhirnya ketika malam hari, beliau kembali mengumpulkan
kaumnya dan seolah berkata, ‘Tuh bulan! Dia lebih besar dari pada
bintang, pastinya dia lebih kuat dari mereka, maka itulah tuhanmu yang
lebih pantas kau sembah dari pada batu-batu yang kau buat!’. Dan
keesokan harinya pastilah bulan itu tidak bercahaya lagi, maka beliau
berkata ‘Masa tuhan kalah cahayanya ketika siang? Berarti itu bukan
tuhan! Tuhan tidak mungkin tenggelam. Jika Allah tidak memberiku hidayah, maka aku akan termasuk orang yang tersesat’.
Lalu beliau menunjukkan kepada mereka matahari, matahari
yang lebih besar dan bercahaya dari sekedar bintang dan bulan, jauh
lebih layak dijadikan tuhan dari pada sekedar berhala. Namun pastinya
matahari akan tenggelam pada sore harinya. Oleh karena itulah beliau
pada akhirnya berkata “Aku terlepas dari apa yang kau sekutukan”.
Hingga akhirnya beliau menunjukkan bahwa ada satu kekuatan
besar yang menciptakan semua benda besar tadi, tuhan yang mengatur
mereka hingga bisa terbit dan terbenam pada saatnya, pastinya jauh lebih
memiliki kekuatan dari sekedar batu yang bisa dibuat manusia dan
dihancurkan juga oleh manusia. Hingga beliau berdoa…
إني وجهت وجهي للذي فطر السموات و الأرض حنيفا و ما أنا من المشركين (79)
Kebenaran dalam tulisanku hanyalah dari Allah, dan
kesalahan dalam tulisanku ini murni dariku. Semoga sedikit tulisan ini
bermanfaat, meski mungkin pemahaman tentang ‘Pencarian Tuhan’ tidak bisa
digantikan dengan tulisanku ini. Namun setidaknya bisa dijadikan
perbandingan agar kita selalu berusaha untuk belajar. Wallahu A`lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar