Laman

16 Feb 2011

Teh Susu: Ziarah Makam Imam Syafi`i, Abu Dzar Al-Ghifari, Ibnu Hajar, dan Ulama Lainnya.

Ternyata, mereka sangat dekat dengan kita..

Sobat! Beberapa hari yang lalu yang hitungan harinya belum jauh dari dua tangan, ketika Mesir masih dalam keadaan bergejolak, ketika suasana di Cairo *katanya* mencekam, banyak pemeriksaan kepada warga negara asing, terjadi demo di beberapa tempat, muncul sebuah ide dari temen ane untuk ziarah ke makam Imam Syafi`i dan beberapa makam ulama besar sekitar itu. Lalu hati ane bertanya tanya “Kenapa kudu sekarang?”, “Nggak nunggu situasi aman dulu apa?” “Ntar kalo ditangkep gara-gara gak punya visa gimana?”, tapi emang dasarnya mau niat baik, temen-temen pada *gila* yakin kalo ntar pasti aman, karena tempatnya memang jauh dari pusat kerusuhan, lagian juga kita nggak niat buat bikin kekacauan.

Akhirnya, dengan berbagai pertimbangan, ane putuskan ikut aja, karena sebelumnya ada rumor bahwa semua WNI mau dievakuasi ke Indonesia, dan biar ada cerita di rumah kalau ternyata nanti pulang *eh, ternyata nggak jadi!*.

Perjalanan dimulai dari jam 10, kita berjalan keluar asrama, tak terlihat keramaian yang biasa terlihat ketika hari-hari normal, jalanan sepi, mobil pribadi tidak seramai biasa, dan bis pun jarang kita lihat. Tidak perlu menunggu lama, karena niatnya baik dan pasti dipermudah oleh Yang di Atas, akhirnya bis yang kita tunggu datang juga. Kita menghabiskan waktu perjalanan selama seperempat jam, karena memang jalanan sangat lengang dan supirnya tidak membuang kesempatan sia-sia. Akhirnya kita sampai di daerah Sayyidah `Aisyah.

Setelah sampai di terminal Sayyidah `Aisyah (di bawah jembatan), kita mencari angkutan menuju makam Imam Syafi`I. Tidak lama, lalu kita berhenti di sebuah pertigaan, dan melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki. Daerahnya luas, mungkin lebih luas dari pekuburan di Duwe’ah atau di Bab Asy-Sya`riyah, bangunan kuburan di Mesir tidak seperti yang kita temui di Indonesia, mungkin karena adat di sini seperti itu, jadi bangunannya seperti rumah, di dalam ruangan kotak terkadang terdapat satu sampai lima makam, dan biasanya menjadi makam keluarga.

Selama perjalanan, dari pertigaan tempat kita turun sampai di masjid Imam Syafi`i, kita disuguhkan potret daerah kumuh pinggiran kota Kairo yang terkenal megah, sampah di mana-mana, rumah dan bangunan-bangunan makam tercampur dan tidak terawat, anjing kurap berkeliaran bebas, keledai beserta jejak peninggalannya (baca: Kotoran), becek, namun ternyata banyak orang yang bertempat tinggal di daerah ini. Pemandangan yang mungkin selama di Indonesia pun belum pernah kutemukan.

Tiba di masjid, kita disuguhkan dengan tumpukan sampah di gerbang masuk, dan beberapa orang tua yang meminta sedekah. Sangat disayangkan, jika memang orang Mesir kurang memperhatikan kebersihan (bahasa halus dari Jorok!), paling tidak, sebuah masjid besar yang di dalamnya terdapat makam imam besar seharusnya terawat, atau paling tidak bersih lah… Ketika memasuki pintu masuk masjid, ada rasa takjub dalam diri, orang yang sering di sebut-sebut, yang ilmunya kita pelajari dan terkadang diperdebatkan, ternyata sangat dekat. Sebelum memasuki pintu makam Imam Syafi`i, terdapat sebuah makam lain yaitu makam Imam Zakaria AL-Anshori. Setelah kita berdo’a, mendoakan bagi beliau, akhirnya kami masuk ke dalam ruangan makam Imam Syafi`i.

Ternyata, di dalam bukan hanya makam beliau saja, namun terdapat juga beberapa makam yang lain, *katanya* itu adalah makam murid-murid dan pembantunya. Suasana khidmat terasa, sepi, teringat kembali akan sejarah hidup beliau, bagaimana beratnya perjalanan beliau, kegigihannya dalam menuntut ilmu, jasa besarnya hingga ilmunya dipakai di hampir seluruh penjuru Indonesia, bahkan asia tenggara dan beberapa kawasan asia lainnya. Ya Allah, berikanlah rahmatMu kepadanya, ampunilah dosa-dosanya, jadikanlah kami bermanfaat dengan ilmunya, berikanlah pahala ibadah kami kepadanya, karena dia lah yang menunjukkan kepada kami bagaimana cara memenuhi kewajibanMu, beribadah kepadaMu.

Setelah kita berdoa, dan foto-foto juga *hehe*, kita pergi ke makam Abu Dzar Al-Ghifari. Jaraknya tidak terlalu jauh, hanya terpaut kira-kira 300 meter saja, namun banyak sekali rintangan (baca: Sampah) yang menghadang selama parjalanan. Ternyata daerahnya jauh lebih kotor dari pada apa yang kita lihat sebelum masuk masjid imam syafi`i. Akhirnya kami sampai di makam beliau, kami berdoa untuknya, mengingat jasa-jasanya dalam menyebarkan ajaran Rasulullah saw. Ya Allah, dia adalah salah satu sahabat NabiMu, penolong beliau dalam menyebarkan agama ini, berilah ia rahmat, jauhkanlah ia dari siksamu, pertemukanlah kami dengannya, para sahabat lainnya dan dengan NabiMu ya Allah.

Tak jauh dari situ, terdapat makam Sayyidah Fatimah, cucu dari Sayyidina Husain. Lalu perjalanan masih dilanjutkan, dengan daerah yang jauh dari bersih (apalagi terawat), kita akhirnya menemukan makam Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani, seorang ulama besar, terkenal dengan kemampuannya dalam bidang hadits, bergelar Al-Hafidz, pengarang kitab Fathul Bari penjelasan dari kitab Shohih Bukhari. Ya Allah, jadikanlah kita bermanfaat dengan segala ilmunya, ampunilah dosa-dosanya, pertemukanlah ia dengan Nabimu di akhirat kelak.

Sebenatnya masih banyak makam ulama besar di sekitar daerah itu, diantaranya, Imam Waqi`, Imam Laits bin Sa`ad, Robi`ah Adawiyah, Sayyidah Nafisah, semoga Allah merahmati mereka, dan memberikan kedudukan yang tinggi di surga kelak. Amin.

Allahumma ighfir lahum wa irham hum wa `afi him wa a`fu `anhum.

Masjid Imam Syafi`i dari gerbang masuk

Tampak dalam ruang makam Imam Syafi`i

Makam Abu Dzar Al-Ghifari

Makam Imam Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani

Tampak depan Masjid Sayyidah Nafisah

Makam Imam Waqi`

Tidak ada komentar:

Posting Komentar