Laman

12 Okt 2011

Esok mungkin tidak ada....


Hidup ini tidak memiliki soundtrack atau lagu yang mengiringi jalan cerita kita, tapi kita sendirilah yang membuat alunan lagu untuk cerita kita sendiri.

Coba kau nyalakan lagumu lalu bacalah sedikit tulisanku. =D

Kawan! Semakin hidup berjalan, semakin kita tahu apa-apa yang belum pernah kita tahu. Ketika kecil aku sering melakukan hal bodoh yang selalu membuatku tertawa jika kuingat. Aku sering berlari dan berteriak-teriak jika melihat pesawat terbang di atas kepalaku “Kapal! minta duit!”, namun ternyata ketika aku rasakan bagaimana naik pesawat terbang, baru kutahu tidak ada orang yang sengaja membuka jendela lalu membagi-bagikan uang dari langit. Ah, anak kecil memang biasa menghayal.

Pernah juga ketika aku bermain dengan temanku di halaman rumah tetanggaku, di sana terdapat taman dengan batu-batu besar. Temanku berkata “kalau kau pecahkan batu ini, kau akan mendapatkan sabuk Satria Baja Hitam! Yang bisa keluar pedang dari tengahnya!”. Ah, lagi-lagi aku tertipu dengan perkataan bodoh anak kecil.

Atau ketika ayahku semangat memasukkanku ke perguruan karate setiap hari ahad pagi, aku malas ikut hanya karena temanku berkata “Jika sering latihan memukul, maka urat tanganmu akan kusut karena sering kau tarik-tarik!”. Sialan! Semangat ayahku kalah dengan ocehan anak kecil. Padahal aku pernah semangat mengikutinya, bahkan aku sudah naik tingkat hingga sabuk kuning.

Boleh saja kau bilang aku ini pemalas, tidak mau dipaksa dan mengerjakan segala hal tergantung suasana hati. Ibuku sangat kesal jika menasehatiku tentang sikat gigi ketika aku kecil, namun akupun baru menyadarinya ketika aku sudah beranjak dewasa. Ketika seorang pemuda hasur bisa memperhatikan penampilannya, aku malah kehilangan satu gigi di depanku yang mengurangi keindahan senyumanku. Aku janji Mah, mulai saat ini akan selalu sikat gigi sebelum tidur!

Aku masih ingat ketika aku mencuri uang lima ratus rupiah dari tas ibuku hanya untuk membeli eskrim Apolo yang sudah lama aku inginkan, (dan ini belum kuceritakan kepada ibuku). Setiap hari beliau (tukang es) berkeliling membawa gerobaknya diiringi dengan nyanyian gak jelas, biasanya kita plesetkan menjadi “Tong meuli, Tong meuli, es nu kamari”.  Ah, lagi-lagi anak kecil, padahal ibuku sama sekali tidak pernah membelikanku eskrim itu, akupun tahu jika aku meminta kepadanya, pastilah tidak akan diberi. Nakal!

Aku juga orang yang sangat mudah bosan. Jika dihitung, aku telah berguru di beberapa tempat hanya untuk belajar agama. bukan karena tamat atau mendapatkan ijazah, tapi lebih karena bosan dan tergiur ajakan teman. Entahlah, aku pernah mengaji di TPA ini, lalu pindah ke ustad ini, lalu ke mesjid ini, di rumah ini, tapi aku sangat malas jika diajar mengaji oleh ayahku sendiri, entah kenapa. Ketika magrib tiba, aku terkadang hanya pergi ke masjid untuk shalat lalu pergi berjalan-jalan hingga isya tiba.

Aku merasa memiliki dunia sendiri, di mana aku menjadi pemeran utamanya dan menjadi pusat dari alam semesta ini. Aku malah pernah berpikir bahwa aku adalah seorang Nabi, dan berpikir bahwa bisa saja ada Nabi setelah Nabi Muhammad. (Astaghfirullah). Aku pernah mencalonkan diri menjadi ketua kelas ketika aku duduk di kelas tiga SD, namun ternyata pencalonan diriku membuktikan bahwa pikiranku salah. aku bukanlah pusat dari dunia ini, aku hanyalah seorang anak kecil yang mengekor pada pikirannya sendiri di dalam dunianya sendiri. Dari sekian banyak teman sekelasku, tak ada satupun yang memilihku, bahkan akupun tidak PeDe untuk sekedar memilih diriku sendiri.

Berapa banyak teman yang terdzalimi karena ulahku, bahkan adik-adikku tak luput dari ulahku. Lah, mau bagaimana lagi? Anak kecil! Aku pun tak tahu bagaimana jika nanti memiliki anak yang mewarisi sifat kekanak-kanakkan ayahnya. Sepertinya aku harus banyak belajar lagi.

Setiap manusia memiliki dunianya sendiri, dan setiap pertemuan antara dua orang manusia telah menyebabkan persenggolan antara dua dunia yang berbeda. Ketika aku beranjak dewasa, mulailah mataku terbuka dengan adanya dunia-dunia yang berputar di sekitar duniaku. Aku mulai belajar bagaimana masuk dan menempatkan diriku di dalam dunia orang lain. Itu perlu kawan! Kaupun harus mempelajari itu.

Kau memiliki duniamu sendiri, dan temanmu juga memiliki dunianya sendiri. Kau adalah pusat dari duniamu, maka dia juga adalah pusat di dalam dunianya. Ketika kau memasuki dunia orang lain, maka hendaklah kau jadikan dia pemeran utama dalam dunianya. Jangan kau geser dia dengan keegoisan dan ke-tidak-tahu-diri-an-mu. Di situlah inti dari saling menghormati dan menghargai.

Hari esok itu tidak ada! Yang ada hanyalah kemarin dan hari ini. Kita hidup hanya hari ini untuk bekal kita ke akhirat. Ketika kita dianugerahi esok hari, bersyukurlah bahwa Allah masih memberi kita kesempatan. Maka, isilah hari ini dengan sepenuh hatimu, bisa saja esok akan tiada. Kal Ho Naho…!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar