(Untuk baca dialog ana dengan beliau sebelumnya klik di sini.)
Assalamu`alaikum… Pak Kiyai… Karena menulis di komentar aga sulit, ruangannya sempit dan koneksi kurang, maka ana tulis dulu di word, lalu ana posting di sini… afwan..
Assalamu`alaikum… Pak Kiyai… Karena menulis di komentar aga sulit, ruangannya sempit dan koneksi kurang, maka ana tulis dulu di word, lalu ana posting di sini… afwan..
1.
Rasulullah
melarang para sahabat untuk menulis selain Qur'an: Di dalam shahih Muslim Kitab
Zuhud wa Roqoiq bab Tatsbit fil Hadits wa Hukmu Kitabatil `Ilm...
حدثنا هداب بن خالد الأزدي حدثنا همام عن زيد بن
أسلم عن عطاء بن يسار عن أبي سعيد الخدري أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال:
"لا تكتبوا عني و من كتب عني غير القرآن فليمحه و حدثوا عني و لا حرج و من كذب
علي" -قال همام أحسبه- "متعمدا فليتبوأ مقعده من النار" - مسلم
Selain
oleh imam Muslim, hadis ini juga diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad
dan Darimi Rahimahumullah. Masihkah itu dha`if?
Pengumpulan
Hadis dimulai ketika zaman Umar bin Abdul Aziz, itulah Ijtihad beliau yang
pertama kali memerintahkan pengumpulan hadis hingga generasi2 setelahnya hadis
telah terkumpul dalam musnad-musnad. jika itu bukan Ijtihad Umar bin Abdul
Aziz, lalu antum sebut ini apa? apakah Umar bin Abdul Aziz dan generasi2
setelahnya melawan larangan rasulullah??
2.
Tentang
pengumpulan Qur'an, antum sudah tahu hadisnya, nah pengumpulan qur'an itu
adalah ijtihad dari Sayyidina Umar sehingga beliau membujuk Khalifah Abu Bakar
untuk mengumpulkannya. Hadis itu shahih kan? itu dipakai oleh para ulama
sebagai hujjah bahwa Rasulullah dan para sahabat saja berijtihad. masih kurang
dalil?
3.
Untuk
surat Abasa, ana ambil dari kitab "At-Tasyri` Al-Islami wa madaris
fiqhiyah mu`ashirah" karya Dr. Muhammad bin Ibrahim percetakan Darussalam
Cairo 2010. di sana tertulis...
جاء عبد الله بن أم مكتوم (الأعمى) و جعل يقول: يا
محمد استدنني! و في رواية و هي أصح: يا رسول الله علمني مما علمك الله! و في أخرى:
يا رسول الله أرشدني! و عند رسول الله نفر من أكابير قريش, كان رسول الله يحاورهم مقبلا
عليهم بالحديث طمعا في إسلامهم, فأعرض عن هذا الصحابي الضرير بوجهه و عبس فنزلت الآيات
تعاتب و تصوب و تبين له وجه الخطأ في الاجتهاد....
Itu
dari buku kontemporer, untuk riwayat tentang itu antum bisa buka Tafsir Ibnu
Jarir At-Thabari, Ibnu Katsir, Sayyid Thanthawi, (yang juga ana buka) dan
beberapa tafsir lainnya. Haruskah ana tulis semuanya dengan bahasa arab?? Padahal
antum bisa buka sendiri.
4.
Dalil
ijtihad “yang benar dapat dua pahala dan jika salah dapat satu pahala” saja
antum bilang lemah, padahal hadis itu muttafaq `alaih, tapi masih antum
pertanyakan. Maka, ingin dalil yang bagaimana lagi??
5.
Dalam
Al-Qur’an disebutkan :
فاعتبروا
يا أولي الأبصار – الحشر 2
Memang
tidak ada perintah dari Rasulullah secara gamblang tentang ijtihad, namun
ijtihad telah dilakukan oleh rasulullah dan para sahabat serta
generasi-generasi setelahnya. Maka riwayat-riwayat inilah yang dijadikan
pegangan oleh para ulama bahwa ijtihad sudah ada sejak zaman salaf, bahkan
rasulullah saja melakukannya.
Antum
pasti sudah mengetahui hal-hal ini:
-
Ijtihad
Rasulullah mengenai tawanan perang badar, beliau meminta pendapat Abu Bakar,
lalu Umar. Dan akhirnya mengambil pendapat Abu Bakar.
-
Ijtihad
Abu Bakar untuk memerangi para penentang zakat, padahal Umar dan beberapa
sahabat lainnya menolak pendapat Abu Bakar Radhiyallahu `Anhum.
-
Ijtihad
Umar bin Khattab untuk tidak memotong tangan pencuri dalam masa paceklik.
-
Ijtihad
Utsman bin `Affan untuk menyalin Al-Qur’an yang tersimpan di rumah istri Rasulullah
kepada beberapa salinan lalu menyebarkannya dan memerintahkan untuk membakar
selainnya.
-
Ijtihad
Ali bin Abi Thalib untuk menerima tahkim dan melepaskan kehalifahan yang beliau
pegang. Dan berbagai contoh lainnya, haruskah itu ana tuliskan dengan bahasa
arabnya padahal antum pastinya sudah pernah membaca?
6.
Setelah
ana baca tulisan antum tentang “Hukum Ijtihad”, ana pikir memang titik
permasalahannya ada dalam “Perbedaan pemahaman” antara ana dan antum tentang
ijtihad.
Ijtihad itu usaha untuk mendapatkan hukum dari dalil Syar`i. Namun
antum menganggap Ijtihad adalah “Berpendapat” dalam agama tanpa dalil. Ya tidak
akan ada titik temu antara kita karena tentang ijtihad saja kita berbeda
pemahaman.
Ittiba` dengan dalil, mengambil hukum dari Qur’an dan Sunnah itu
juga ijtihad. “Menentukan Hukum Berlandaskan Dalil” itu juga adalah ijtihad. Maka,
setuju atau tidak, Antum Juga Telah berIJTIHAD! Afwan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar