Kau tahu? Fanatisme
golongan sekarang sudah sangat mengakar dalam tubuh kita, hal itu tidak bisa
dipungkiri bahkan oleh golongan yang bersikeras mendobrak segala golongan.
Golongan seolah sekarang telah menjadi identitas tersendiri, hingga tidak cukup
jika seseorang beragama Islam namun tidak menyebutkan golongannya, apakah
Hijau? Biru? Putih? Kuning? Atau Hitam?.
Sebenarnya, adanya
golongan-golongan yang memiliki berbagai macam perbedaan ini bukanlah pemecah
bagi barisan kaum muslimin, sebenarnya. Hanya saja, semakin lama semakin
ditiupkan rasa seolah perbedaan memang meniscayakan adanya perpecahan.
Lihatlah, para sahabat dan tabi`in pun tidak selalu berada dalam satu garis
pemahaman, di antara mereka banyak terdapat perbedaan pendapat dalam memahami
suatu permasalahan, namun mereka tidak terpecah, kenapa itu tidak bisa diikuti
oleh kita di zaman sekarang? Bahkan juga tidak bisa diikuti oleh orang yang
selalu bangga dengan slogan mereka ‘kembali kepada generasi awal Islam’ itu.
Aku pernah mencoba untuk
menulis sebuah catatan yang lumayan berisi, tentang salah satu golongan yang
sudah terbiasa mencela golongan yang lain, sedikit-dikit mencela dan
menyalahkan, namun ketika kita membalas ia malah lebih gencar mencari cela
untuk disalahkan.
Niatku pertama adalah
untuk membuka mata mereka bahwa apa yang selama ini kita (Golongan kami) jalani
tidaklah salah, karena semua hal itu adalah ijtihadi yang memungkinkan adanya
kebenaran di berbagai pihak. Aku ingin merangkul kembali, mengingatkan bahwa
perbedaan pendapat ini tidak boleh dijadikan alat untuk perpecahan, saling
fitnah, dan cela sana sini. Aku ingin mengajak agar kita saling menghormati
pendapat yang bersebrangan agar tercipta sebuah keharmonisan, meski hanya
‘sepakat untuk tidak sepakat’.
Namun ternyata semakin
lama kutulis, semakin kuikuti berbagai macam perdebatan, mengikuti jalan
pikiran dan cara pandang mereka, maka semakin berubah juga orientasiku. Aku
bahkan semakin merasa bahwa akulah yang benar dan merekalah yang salah, salah
pemahaman, dan salah dalam metode pemahaman. Namun akhirnya aku berfikir, jika
begitu maka apa bedanya aku dengan mereka? Merasa benar dan menyalahkan orang
lain.
Beberapa waktu yang
lalu muncul nama seorang penulis ke jagat penulisan buku di Indonesia, muncul
tiba-tiba ke tengah medan peperangan antara berbagai macam ideologi itu bak
pahlawan. Meski aku tak kenal siapa dia secara personal, namun aku kenal kepada
salah seorang keluarganya. Ia tak jauh sepertiku, menulis tentang mereka,
kesalahan mereka, sejarah mereka dari sudut pandang dia, dan berbagai masalah
yang membuat mereka ‘Gerah’. Setelah beberapa bulan bukunya terbit, reaksi
mulai bermunculan, pro dan kontra, kritikan dan dukungan. Namun sayang, ternyata
lebih besar pasak dari pada tiang, hujatan demi hujatan datang silih berganti,
dari berbagai macam lapisan, entah cendekiawan, ulama, guru bahkan orang awam.
Menyurutkan niatku untuk meneruskan tulisan pertamaku.
Semakin waktu
berjalan, aku semakin sadar bahwa ternyata niatku sudah jauh dari tulus. Aku
semakin dengki, benci, bahkan berambisi untuk melumat habis mereka. Hilanglah
niat awalku untuk mendekatkan antara dua belah pihak, hilanglah harapanku untuk
munculnya perdamaian di antara keduanya. Akhirnya aku putuskan biar tulisan
pertamaku itu ditelan bumi, masih banyak hal yang bisa ditulis, masih banyak
hal yang bisa menyatukan sesama. Namun apakah hal itu?
Apa kira-kira tulisan
yang bermanfaat untuk semua? Tulisan yang bisa diterima oleh semua golongan,
agar tulisanku tidak diangkat di sini namun dicemooh habis di sana. Aku ingin
menyudahi perang dingin ini, agar setidaknya meredam sejenak perang ideologi
yang selalu marak dan tak pernah habis. Dunia maya penuh dengan kebencian
antara hijau dan putih, kuning dan hijau, biru dan putih. Begitu juga dunia
nyata, diskusi, majlis ilmiah, seminar, hingga buku-buku di perpustakaan, antar
percetakan bahkan hingga tukang sayur di komplek. Ya Allah. Kemana arah umatMu
ini?
Ada satu pertanyaan
yang aku minya kau menjawabnya. Hal apa yang bisa ditulis tapi tidak menuai
kontroversi? Bermanfaat, diterima oleh semua lapisan masyarakat dari berbagai
kalangan. Ada ide?
assalamualaikum....
BalasHapustulisan yang sangat menggugah diri....
biar mantap blognya,make template disini aja ustadz:
creatingwebsite-maskolis.blogspot.com
or disini:
http://www.dhetemplate.com/
Oh, terimakasih... ini juga pake template yang biasa dari blogger... belum mau ngorek2 lagi...
BalasHapusyah, trimakasih lagi lah... udah berkunjung.... =D
hmmm. mencoba meraba-raba apa dan siapa yang dibilang golongan di atas. jadi pengen baca tulisan analisisnya..
BalasHapus-novi,
Yah, kan judulnya biar bisa dibaca berbagai golongan, dari nama golongan di sensor... :)
BalasHapus