Laman

1 Apr 2014

Biografi Badi`uzzaman Said Nursi: Kehidupan, Risalah Nur dan Transisi Kekuasaan Turki (Bag 2)*

Sumber: http://www.pukhtoonistangazette.com/
Tulisan sebelumnya klik di sini

e. Kebebasan dan Kembali ke Istambul

Musim gugur 1918 terjadi Revolusi Bolshevik di Rusia, keadaan Rusia yang kacau ini memberikan kesempatan bagi Nursi untuk melarikan diri. Tidak ada catatan lengkap tentang proses perjalanannya dari utara Rusia hingga ia sampai di Istambul pada Juni 1918.

Sesampainya di Istambul, ia disambut oleh banyak orang dan kedatangannya menjadi berita utama diberbagai surat kabar saat itu. Tak lama kemudian, pada 12 Agustus 1918 didirikanlah sebuah dewan agama Islam, Darul Hikmeti-l Islamiye yang di dalamnya Nursi diangkat sebagai wakil dari dinas ketentaraan. Meski sebenarnya dia tidak ingin lagi berkecimpung dalam politik praktis, namun keadaan saat itu memaksanya untuk terus terlibat.

Saat itu, Utsmani mengalami kekalahan dalam Perang Dunia I, 30 Oktober 1918 diadakan gencatan senjata antara Inggris dan Utsmani. Dan pada 13 November, Armada pasukan sekutu mendarat di kota Istambul. Sejak saat itu daerah-daerah kekuasaan Utsmani mulai dikuasai oleh pasukan sekutu. Perancis menguasai Turki bagian selatan, Yunani menguasai daerah Izmir, Inggris menguasai Istambul.

Sejak penandatanganan gencatan senjata antara Utsmani dengan Inggris, Kesultanan Utsmani tunduk di bawah perlindungan Inggris. Hal ini menyebabkan meningkatnya kekecewaan terhadap kesultanan. Beberapa daerah terlepas dan memerdekakan diri dari Kesultanan, salah satunya adalah Armenia. Suku-suku Kurdi pun ingin memerdekakan diri, namun Nursi menolak dan menghimbau agar tidak menumpahkan darah sesama muslim.

Berdirilah Majlis Agung Nasional Turki di Ankara pada 23 April 1920 yang pada keesokan harinya memilih Mustafa Kemal sebagai pemimpin majlis tersebut. Maka, terdapat dua kekuatan di wilayah tersebut: kekuatan Kesultanan yang tunduk kepada penjajahan Barat di Istambul dan kekuatan Majlis Agung Nasional Turki di Ankara yang menuntut agar Turki merdeka dari penguasaan pasukan sekutu.

Pemerintahan Istambul menganggap pemerintahan Ankara adalah pemberontak, Istambul pun memerintahkan kepada Dewan Agama Islam agar mengeluarkan fatwa bahwa tindakan pemberotakan itu adalah terlarang. Fatwa ini kemudian ditentang oleh rakyat Turki, akhirnya sejumlah ulama menandatangani semacam petisi untuk menolak keluarnya fatwa politis tersebut, dan di antaranya adalah Said Nursi yang saat itu masih berada di Dewan Agama Islam.

Pada 22 Agustus 1922 perang kemerdekaan melawan pasukan Inggris dimulai, digaungkan oleh pemerintahan Ankara dan kemudian mendapatkan kemenangan pada bulan September. Diadakan gencatan senjata antara Inggris dengan Gerakan Nasional Turki pada 11 Oktober 1922, menandai kemerdekaan mutlak Turki dari penguasaan asing.

Karena gencatan senjata itu dilakukan oleh Gerakan Nasional Turki, maka mereka yang memegang pemerintahan Turki. Saat itu, Kesultanan Turki Utsmani di Istambul masih berfungsi meski hanya sebatas nama dan simbol tanpa kekuasaan. Akhirnya, atas desakan Mustafa Kemal, pada 1 November 1922 Majlis Nasional mengeluarkan keputusan pembubaran Kesultanan Utsmani yang saat itu di bawah kepemimpinan Sultan Mehmet VI (Wahideddin).

Kesultanan Utsmani telah dibubarkan, namun kekhalifahan masih ada dan pemilihannya diserahkan kepada Majlis Nasional. Majlis memilih Abdul Majid sebagai Khalifah. Namun pada 3 Maret 1924, kekhalifahan dihapuskan oleh Majlis Nasional. Dan sejak saat itu tidak ada lagi gelar Khalifah bagi pemimpin kaum muslim.

Saat itu, Nursi mendukung gerakan nasional dan menaruh harapan besar masa depan Islam kepada mereka. Ia yang saat itu berada di Istambul pun mendapatkan beberapa kali undangan untuk datang ke Ankara untuk memberikan dukungan atas pemerintahan Ankara. Akhirnya, pada 9 November 1922 (45 th) Nursi datang ke Ankara dan memberikan sambutan di hadapan Majlis. Ia memberikan selamat kepada Gerakan Nasional atas keberhasilannya memperjuangkan kemerdekaan, dan mengingatkan agar tetap mengutamakan pembentukan konstitusi yang sesuai dengan syariah.

Tujuan Nursi terjun langsung dalam politik pada saat itu pun masih sama dengan tahun 1908, yaitu memperjuangkan masuknya syariah lewat parlemen. Namun usahanya itu ternyata mendapatkan pertentangan dari Mustafa Kemal, pimpinan majlis saat itu. Kebebasan yang mereka dapatkan ternyata menjadikan wajah-wajah perbedaan yang selama ini terbungkam semakin terungkap dan perbedaan di Majlis Nasional pun semakin terlihat.

Sempat terjadi tawar menawar antara Nursi dengan Mustafa Kemal, Nursi ditawari jabatan, gaji dan kekuasaan dengan fasilitas yang memadai namun ia menolaknya. Setelah melihat perlawanan yang ia dapatkan dari parlemen atas usahanya tersebut, ia pun pergi meninggalkan Ankara sekaligus meninggalkan kehidupan Said Lama menuju kota Van tempat Said Baru lahir kembali.

2. Said Baru

Kehidupan Said baru ditandai dengan keberangkatannya dari kota Ankara ke kota Van, 17 April 1923. Dalam kehidupannya yang baru, Said Nursi meninggalkan segala macam kehidupan politik dan sosial yang selama ini ia ikuti. Ia pun menyendiri di sebuah gunung di Kota Van untuk mentadaburi al-Quran dan mulai menuliskan Risalah Nur sejak saat itu. Kehidupan Said Nursi sejak saat itu diwarnai dengan perjuangan menulis Risalah Nur, serta hukuman penjara, pengasingan dan penekanan oleh pemerintah Turki kepadanya dan para muridnya.

a. Pemberontakan Syekh Said

Sepanjang tahun 1924, berbagai macam undang-undang disahkan menandai perjalanan Turki semakin mengarah kepada negara sekuler. Undang-undang tersebut semakin menghilangkan pengaruh dan struktur lembaga-lembaga Islam dari rakyat dan negara. Hal ini mengundang keresahan di kalangan masyarakat khususnya suku-suku Kurdi yang berada di Turki timur.

Keresahan ini mengundang kemarahan dari suku-suku di timur hingga akhirnya para kepala suku merencanakan untuk melakukan pemberontakan kepada pemerintah. Beberapa orang meminta dukungan dari Said Nursi untuk melakukan pemberontakan dan memerdekakan diri dari pemerintahan sekuler Turki, namun Nursi menolaknya. Ia melakukan segala cara untuk meyakinkan para kepala suku agar tidak melakukan pemberontakan dan menjaga nyawa para penduduk agar tidak terbuang karena ini.

Sebagian mendengarkan nasehatnya dan sebagian lain tidak. Maka pecahlah pemberontakan pada 13 Februari 1925 di bawah pimpinan Syekh Said, seorang pemimpin tarekat Naqsyabandiyah. Pemberontakan itu berhasil ditumpas dalam waktu dua bulan. Kelak, pemberontakan inilah yang kemudian dijadikan alasan oleh pemerintah untuk membuat undang-undang yang semakin menekan kaum muslim.

Banyak orang ditangkap karena pemberontakan ini, tak terkecuali Said Nursi dan banyak pemuka agama Anatolia Timur. Mereka pun kemudian diasingkan ke Anatolia Barat, sebagian mereka dibunuh dan dipenjara. Nursi pun diasingkan ke kota Burdur.

b. Pengasingan dan Hukuman Penjara

Sejak saat itu, 25 Maret 1925, mulailah pengasingan terhadap Said Nursi. Ia awalnya diasingkan ke kota Burdur. Di sana ia menjalankan hukuman pengasingan dengan menulis dan mengajar. Banyak orang berdatangan untuk mendengarkan pengajaran dia. Hal itu membuat pemerintah memindahkan Nursi ke Isparta pada bulan Januari 1926 (49 th).

Setelah berada di Isparta selama 20 hari, Nursi pun kemudian diasingkan ke sebuah desa yang terpencil di Barla. Di sana ia menetap hingga tahun 1934 (57 th).

Said Nursi menghabiskan waktunya dalam kesendirian, hanya beberapa orang yang datang mengunjunginya dalam satu minggu. Waktu itu ia habiskan untuk menulis dan menyebarkan tulisannya. Tekanan pemerintah terhadapnya sangat ketat hingga tulisan-tulisannya disebarkan secara sembunyi-sembunyi dari satu tangan ke tangan lain, satu desa ke desa lain, setiap masyarakat yang telah membacanya kemudian menyalinnya dan menyebarkannya kembali secara sembunyi-sembunyi. Seperti inilah penyebaran Risalah Nur selama pengasingan dan tekanan pemerintah terhadapnya dan para muridnya.

Pada Juli 1934 Nursi dipindahkan kembali ke Isparta, di sini ia mengalami hidup yang lebih baik ketimbang sebelumnya. Di Isparta, Nursi menetap selama satu tahun hingga akhirnya ia ditangkap bersama para muridnya pada bulan April 1935.

Penyebaran Risalah Nur semakin meresahkan pemerintah, akhirnya penangkapan demi penangkapan terus terjadi kepada para muridnya. Penggeledahan dan penangkapan secara besar-besaran terjadi sejak April 1935 di seluruh penjuru Turki. Siapapun yang kedapatan menyimpan salinan Risalah Nur akan ditangkap dan dipenjarakan. Banyak yang tertangkap, banyak juga yang menyembunyikan salinan-salinan tersebut di tempat yang sekiranya tidak terjangkau.

Said Nursi dimasukkan ke penjara Eskisehir yang keadaannya dan perlakuan kepadanya sangat buruk. Namun ia tidak berhenti untuk menulis dan menyebarkan tulisannya meski berada dalam keadaan yang menyedihkan. Di penjara pun ia menjadi pemimpin agama yang memimpin keagamaan para tahanan, memberi mereka pengajaran agama dan mengimami salat.

Di dalam pengadilan ia pun dituntu dengan tuduhan yang bermacam-macam, dari menggunakan sentimen agama sebagai alat untuk meraih jabatan politis hingga tuduhan mendirikan sekte baru. akhirnya pada 19 Agustus 1935 ia dijatuhi hukuman satu tahun penjara dan pengasingan.

Pada Maret 1936 (59 th) ia dibebaskan dari penjara Eskisehir, dan diasingkan ke Kastamonu dan menetap di sana selama tujuh setengah tahun sampai September 1943 (66 th). Selama masa itu berbagai macam tekanan dan percobaan pembunuhan dilakukan kepadanya. Ia sering kali diracun oleh orang-orang suruhan namun masih bisa bertahan hidup. Ia pun terus menyelesaikan penulisan dan penyebaran Risalah Nur yang kembali menjadikannya ditangkap dan dipenjarakan pada September 1943.

September 1943 ia ditangkap dan dibawa ke Ankara, kemudian dipenjarakan di Denizili. Ia terus berada di penjara dan pengasingan hingga akhirnya ia keluar dari penjara Afyon pada September 1949.

c. Upaya penghapusan Islam

Mustafa Kemal benar-benar membawa Turki menjadi negara yang anti terhadap agama. Sejak tahun 1924 usaha untuk menjauhkan Turki dari Agama Islam dimulai dengan mengeluarkan undang-undang yang mengatur segala hal.

Berikut beberapa undang-undang dan peraturan yang dibuat oleh pemerintah Turki saat itu:

- Maret 1924: Undang-undang penyatuan pendidikan yang menjadikan sistem pendidikan turki hanya satu di bawah pemerintah. Madrasah-madrasah yang mengajarkan agama Islam ditutup.

- November 1925: Undang-undang pakaian. Lelaki dipaksa untuk mengenakan pakaian barat dengan topi barat, wanita dipaksa untuk melepas jilbab dan menggunakan pakaian barat. Pakaian adat yang berupa sorban, peci dilarang.

- Januari 1926: Kalender Greogrian yang digunakan di Eropa diterapkan, menggantikan kalender Julian yang digunakan oleh Kesultanan Utsmani.

- Sepanjang 1926: Undang-undang perdata Swiss diadopsi, undang-undang pidana Itali diadopsi.

- 1928: Pasal 2 Konstitusi 1924 yang menyatakan bahwa Islam adalah agama negara dicabut.

- 3 November 1928: Disahkan undang-undang aksara latin Turki, aksara Arab dilarang digunakan.

- 1931: Partai Rakyat Republik, partai yang dipimpin Mustafa Kemal bergabung dengan negara hingga memiliki kekuasaan penuh atas negara. Turki menjadi negara dengan partai tunggal dan semua oposisi dibungkam.

- Akhir 1931: Setelah berhasil memonopoli kekuasaan, barulah pemerintah mulai menjalankan program pendidikan massal dalam prinsip paham Kemalisme.

- Januari 1932: Bahasa Arab dilarang, Azan dirubah menjadi bahasa Turki yang mengundang kemarahan kaum muslim saat itu.

- 1935: Hari libur diganti menjadi hari ahad.

- Penindasan ini terus berlangsung hingga tahun 1940.


3. Said Baru

Kehidupan Said Baru dimulai dengan kebebasannya dari penjara Afyon pada September 1949, saat itu ia kembali ke kota Emirdag. Situasi politik saat itu telah berubah, Partai Demokrat dengan pimpinan Adnan Menderes menguasai pemerintahan. Saat itu pun Risalah Nur telah selesai ditulis, Nursi pun menghabiskan waktunya untuk memeriksa salinan-salinan Risalah Nur.

Saat ini Nursi memiliki kebebasan dan tidak lagi mengalami penindasan yang parah seperti saat sebelumnya. Nursi pun kembali menjalankan tugas politiknya sebagai ulama penasehat pemerintah.

Januari 1951 ia mendapatkan kunjungan dari Deputi Menteri Pendidikan Pakistan atas saran dari Menteri Pendidikan Turki saat itu. Dan pada tahun itu juga jaringan Risalah Nur di luar negeri mulai bermunculan. Ia ditawari untuk pergi ke Pakistan untuk mengajar dan menyebarkan pemikirannya di sana, namun ia menolak.

Pada Januari 1952 (75 th) ia pergi ke Istambul untuk menghadiri persidangan atas tuntutan terhadap salah satu tulisan Risalah Nur tentang Panduan Bagi Generasi Muda yang dicetak sebanyak 2.000 eksemplar di Istambul. Dan pada bulan Maret 1952 ia dinyatakan tidak bersalah. Namun tuntutan terhadap Risalah Nur tetap berlanjut, hingga akhirnya diadakan penelitian terhadap seluruh salinan Risalah Nur yang kemudian diputuskan pada sebuah sidang di bulan Juni 1956 bahwa Risalah Nur tidak berbahaya bagi perpolitikan negara dan murni hanya berisi tentang nafas-nafas keislaman.

Kehidupan setelah tahun 1952 diisi dengan berbagai kunjungan hampir ke seluruh penjuru Turki. Saat itu juga penyebaran Risalah Nur semakin meningkat dengan terbebasnya Risalah Nur dari tuntutan dan diterbitkannya edisi-edisi Risalah Nur menggunakan mesin cetak. Jaringan murid Risalah Nur pun semakin berkembang dan terus bekerja untuk penyebaran dan penerjemahan Risalah Nur. Namun meski begitu, musuh-musuh Nursi terus melakukan tuntutan dengan berbagai cara untuk menahan Nursi dan penyebaran Risalah Nur.

Semakin tua semakin memburuk pula kesehatannya, ia meninggal di kota Urfa pada Hari Rabu dini hari, 23 Maret 1960 yang bertepatan dengan 25 Ramadhan 1379.

Nursi pernah menceritakan firasatnya kepada salah seorang kenalannya, Fakirullah Mollazade. Saat Nursi masih muda ia pernah berkata kepada Fakirullah, “Sad Salo! Kamu akan hidup sampai berusia seratus tahun! Aku akan meninggal di Urfa, tetapi orang-orang akan menggali kuburku dan memindahku ke suatu tempat! Nemiro! Sad salo! Orang abadi yang hidup sampai seratus tahun!” Ternyata firasatnya benar, Fakirullah wafat dalam umur seratus tahun dan Nursi wafat di kota Urfa kemudian kuburannya dibongkar.

Dua bulan setelah Nursi wafat, terjadi kudeta militer terhadap pemerintahan Partai Demokrat. Kudeta ini dilakukan oleh kaum sekuler yang tidak suka dengan pemerintah saat itu.

Dan pada 12 Juli 1960, kuburannya dibongkar oleh militer dan dibawa ke suatu tempat yang hingga kini tidak diketahui.

Kesimpulan

Beberapa pemikiran Nursi dapat disimpulkan sebagai berikut:

- Dalam pendidikan, ia menghendaki penggabungan antara ilmu literatur keislaman dengan ilmu sains modern. Ia mengajak kepada perubahan dan reformasi sistem pendidikan dengan menggabungkan antara madrasah klasik, sekolah umum dan lembaga sufi agar terjadi penggabungan tiga unsur tersebut dalam diri pelajar.

- Ia menganjurkan modernisasi dalam segala bidang, namun tidak berarti dengan mengadopsi budaya barat secara acak.

- Ia pun mencoba untuk menggabungkan ilmu sains modern ke dalam penafsiran al-Quran yang ia tulis dalam Isyaratul I`jaz.

- Buah pikiran secara lengkap tertuang dalam kumpulan Risalah Nur yang telah tersebar dan diterjemahkan ke banyak bahasa dunia.

- Tentang keimanan ia menilai bahwa keimanan yang hanya taklid sangat mudah dikalahkan oleh serangan aliran lain, maka dalam beberapa tulisannya ia menjelaskan tentang keimanan untuk meningkatkan keimanan masyarakat dari sekedar taklid menjadi sebuah keyakinan yang sejati.

- Dalam politik, ia bertujuan ingin menerapkan syariah Islam ke dalam pemerintahan tanpa melihat siapa yang memimpin atau sistem apa yang digunakan. Saat Sultan Abdul Hamid berkuasa, saat itu mulai dikenal sistem parlemen dalam pemerintahan Islam. Maka Nursi mendukungnya dengan tujuan agar syariah masuk ke dalam parlemen.

- Nursi menilai bahwa zaman sekarang adalah zaman masyarakat, zaman kelompok sosial, kepribadian kelompok akan lebih kuat ketimbang kepribadian pemimpin. Karena perubahan saat ini tidak bisa mengandalkan kepribadian pemimpin seperti saat awal masa keislaman, namun perubahan akan lebih efektif ketika kepribadian masyarakat mendominasi perubahan tersebut. Atas dasar inilah ia sangat mendukung sistem parlemen yang baru diterapkan saat itu.

- Dalam perjalanannya ia membuktikan bahwa Islam bisa tumbuh dan berkembang meski tidak ada pemerintahan Islam. Islam yang toleran, radikal, namun tidak bertabrakan dengan sistem pemerintahan sekuler.

- Ia menilai bahwa setiap mukmin memiliki kewajiban untuk menegakkan kalimatullah, dan cara yang terbaik untuk menegakkan kalimatullah adalah dengan kemandirian secara materi.

- Musuh kaum muslim saat ini adalah kebodohan, kemiskinan dan pertikaian. Tiga musuh itu bisa diperangi dengan pendidikan, industri dan persatuan.

- Mengajarkan Islam kepada masyarakat bukan dengan paksaan, namun dengan cara memberi keyakinan dengan menampilkan Islam sebagai sesuatu yang dicintai dan mulia, dengan menerjakan perintahNya yang indah dan menampakkan budi pekerti yang luhur.

Penutup

Demikian catatan singkat mengenai biografi Badi`uzzaman Said Nursi. Buah karya pikirannya telah mempengaruhi masyarakat Turki bahkan masyarakat dunia. Idenya dalam memberantasan kemiskinan, kebodohan dan pertikaian sesama muslim telah menginspirasi banyak tokoh pergerakan pada era modern ini.

Semoga kita dapat mengambil inspirasi dari kehidupannya dan kecintaannya kepada syariat dan semoga Allah memberikan pahala yang berlimpah dari amal jariah yang tak putus ini. Amin.

Semoga Bermanfaat.

*Tulisan ini adalah makalah yang telah dipresentasikan dalam kajian pemikiran al-Hikmah PCI Muhammadiyah Mesir pada 18 November 2013 lalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar