Laman

5 Apr 2011

Teh Susu: Cairo I`m Coming...!!!

Sudah lama seharusnya kutuliskan ini, tapi ah, biar saja, semangat menulisku baru muncul lagi ke permukaan! Begitulah kawan, ketika kita rasakan roda kehidupan berputar dan kita terkadang berada di bawah.

Pagi itu, tanggal 11 Agustus 2010, kurasakan kegelisahan semenjak kubuka mata setelah bangun tidur, bagaimana tidak? Tinggal hitungan jam saja, aku akan meninggalkan tanah air tercinta dengan segala macam keindahan dan kenangan di dalamnya, menuju negeri yang terkenal dengan budaya, keilmuan dan juga (ehm!) wanitanya!! Mesir!



Pagi-pagi sekali, aku pergi ke rumah temanku, tidak terlalu jauh, namun kenapa harus ku pamit langsung padanya? Yah, tahun kemarin dia ikut ujian beasiswa juga bersamaku, tapi mungkin Allah tentukan jalan kita berbeda. Setelah lama berbincang dan sedikit sarapan, aku pamit.

Tiba di rumah, ibuku sudah siapkan sarapan, (padahal aku baru saja sarapan tadi!), dan sayangnya lagi, ibuku menggorengkan ikan mas! Tak pernah aku tolak makanan ini! sejenak ku bimbang bagaimana mengisi kembali perut yang masih terisi, tapi mungkin ini masakan ibuku yang terakhir kumakan, sedih campur bahagia kurasakan, rasanya lebih nikmat dari biasanya!

Rencananya, aku berangkat ke Jakarta sejak jam 9 pagi, karena ada rencana pelepasan dari kantor PBNU selepas dzuhur, yah, mau tidak mau aku harus berangkat jam sekian. Aku berangkat sendiri, naik bis dari pintu tol Cileunyi, sedangkan keluargaku akan menyusul sore nanti karena menunggu adikku yang masih dalam perjalanan dari Ngawi ke Bandung.

Dalam kesendirian perjalanan, pikiranku menerawang, teringat teman-teman dekatku di Al-falah, orang-orang spesial yang mungkin saja tak akan kutemui lagi. Melamun, melamun dan melamun, kunikmati perjalanan Bandung Jakarta dengan perasaan campur aduk, bahagia karena jalan menempuh cita-cita sudah terbuka lebar, sedih karena orang-orang yang melepasku dengan tangis mereka, bimbang tidak tahu apa yang telah Allah rencanakan di balik semua ini.

Satu persatu teman-temanku kutelpon, hanya sekedar tertawa agar hilang pikiran-pikiran di otakku. Dari laki-laki hingga perempuan (ahay!). Seseorang yang selama satu tahun setengah ku kejar, lalu seseorang yang tiba-tiba datang dan menaruh harap padaku namun selama itu pula aku selalu menolak diriku untuk berkata iya kepadanya, hingga orang yang pernah menjadi sandaran untuk berbagi ketika masa dewasa mulai tumbuh. Inilah skenario tuhan, akupun tak tahu apa yang telah Ia siapkan bagiku di depan nanti.

Selamat tinggal Bandung tercinta! Selamat datang Jakarta! Dengan panasnya yang khas, macetnya jalan dan teriakan kondektur dan calo di mana-mana, ditambah lagi berdiri berdesakan di Busway dari arah ragunan menuju menteng! Yah beginilah Jakarta, bagaimanapun tidak enaknya Jakarta di hatiku, namun pernah ada potongan kehidupanku di sini, dan sepertinya tak bisa kulupakan, suatu saat pasti aku akan merindukannya! Sekali lagi Jakarta!

Alangkah kecewanya ketika kuberlari menembus waktu agar tiba di kantor PBNU tepat waktu, sayang, kantor itu sepi sama sekali, dan teman-temanku sesama perjuangan belum satupun kulihat! Ternyata jam karet sudah jadi trademark Indonesia! (haha!) aku tertawa dalam hati, sekaligus kesal, kenapa tidak kuhabiskan waktu-waktu terakhir bersama orang tua dan adik-adikku? Daripada menunggu acara yang belum tentu dimulai jam berapa! (Huh!)

Satu-satu temanku datang, seharusnya jumlah kami ber-enam, namun satu orang temanku berencana langsung berangkat ke bandara tanpa harus ke kantor PBNU dulu. (ah, semakin kesal, kenapa aku juga tidak seperti itu?). Setelah ashar, acara baru dimulai, (lebih tepatnya tidak terlalu resmi, hanya bincang-bincang dengan ketua PBNU), nasihat dan wejangan dari KH. Said Agil, lalu kita dilepas (dengan bekal tentunya! Hehe, lumayan meringankan rasa kesalku sejak tadi siang). Akhirnya kita persiapkan apa yang harus diuruskan sebelum berangkat, dan lepas maghrib kita berangkat!

Pikiranku kacau! Hingga jam 9 malam, keluargaku masih di jalan raya, ada kemacetan di daerah Cikampek (biasa!), namun tidak biasa bagiku saat ini, bagaimana bisa, semua tas dan koperku dibawa mereka, kalaupun tertinggal, mana bisa aku berangkat tanpa barang-barang?? Oh tidak! Pesawat berangkat pukul 12 malam, paling tidak kita harus chek in satu jam sebelumnya! (chek in, bahasa yang baru kukenal ketika itu! Haha)

Masih was-was dengan keluargaku, kusempatkan berpamitan ke guruku di Al-falah, minta doa dan nasehat, akupun bisa menebak apa yang akan beliau nasehatkan, “Cari guru tahfidz di Mesir sana! Jangan sampai hafalan kau putus di tengah jalan! Tanggung!” itulah kira-kira. Sekalian kuhabiskan saja semua isi pulsaku di sana. Bodohnya! Aku sudah tidak bisa berkomunikasi lagi dengan keluargaku! Aha! Lengkap sudah!

Pucuk di cinta ulam pun tiba, tidak lama berselang, (tapi aku tetap rasakan itu lama sekali!), keluargaku datang dengan semua barang bawaanku, Alhamdulillah!! Akhirnya, lega! Namun sayangnya, waktu sudah menarik kita untuk cepat-cepat masuk ke dalam bandara, memasukkan koper ke bagasi dan mengurus segala macam administrasi, di sebuah lorong yang panjang dan luas berujung di pintu masuk ke pesawat nantinya. Akupun menuruti langsung masuk ke dalam tanpa pamit dulu ke orang tua, karena aku berfikir kita masih bisa keluar setelah ini.

Ternyata tidak, seharusnya (lagi) kita langsung mengurusi administrasi dari bagasi, fiskal, imigrasi dan lain-lain, tapi bagaimana dengan keluargaku yang menunggu di luar? Terpaksa akupun keluar lagi hanya untuk berpamitan, mulut kita terdiam tanpa banyak bicara, namun hati kita berkata dengan pancaran mata masing-masing, kapan lagi akan kulihat pancaran mata mereka kembali? Kau tahu kawan, meskipun terkadang aku lebih suka berada jauh dari rumah, namun tidak jika dibandingkan dengan perpisahanku ketika itu. Rasa haru bercampur bahagia, entah apa rasanya.

Aku pun kembali masuk, dengan lambaian tangan dan tatapan air mata keluarga yang terus memandangi punggungku hingga aku tenggelam di antara kerumunan orang. Dan setelahnya hanyalah urusan administrasi ini itu, dan berkali-kali pemeriksaan hingga kita sampai di sebuah ruangan berdindingkan kaca, kumelihat, itulah pesawat yang akan mengantarku! Haha, setiap hari kulihat pesawat lewat di atas kepalaku, akhirnya tiba saatnya untuk menaikinya! (udik!).

Mungkin ini hanya cerita biasa, bagi orang yang sudah terbiasa bepergian ke negeri orang dengan kekayaannya, tapi bagiku ini mungkin sebuah keajaiban! Impian yang mulai terwujud sedikit demi sedikit. Pintu terbuka, semua penumpang masuk, setelah memasukkan tas ke bagasi di atas kursi, kita duduk dan mengencangkan sabuk pengaman, pramugari cantik berkeliaran membantu ini itu, aku pun sibuk menyentuh barang-barang yang baru kutemukan di sini, oh, seperti ini ya isinya pesawat! (haha!)

Tegang! Itu yang kurasakan pertama kali pesawat tinggal landas, naik, datar, lalu naik, datar lagi, naik, datar, memutar dan miring, oh tidak! Asyik sekali!! Haha! It’s time to say “See You Indonesia!!! I promise, i’ll come for you!!” suatu saat kita harus membalas budi kita kepada negara!. Indonesia, Suatu saat aku pasti rindu!

Sayangnya, aku duduk di tengah, sangat jauh dari jendela, tapi apa guna melihat ke jendela? Pasti gelap! Dan bagaimanapun aku senang! Seperti anak kecil baru pertama naik bianglala! Haha!. Aku sibuk mengotak atik monitor di depanku, mencari film atau lagu yang kira-kira enak untuk menemani perjalanan.

Kesenanganku mulai menguap ketika pramugari cantik itu datang membawa kereta makanan, setelah menawarkan makanan dan minuman, ia pergi, dan tinggallah aku bingung dengang jenis masakan apa ini? dengan baunya yang sama sekali tidak bersahabat, dan kopi yang lebih dekat ke asin dari pada pahit. Owh, ternyata begini makanan di pesawat! Sulit untuk jujur bilang ‘tidak enak!’, yah, karena udah bayar, mau nggak mau ya makan saja!

Setelah acara makan selesai, aku terlelap, hingga kulihat cahaya jingga masuk lewat celah jendela, waduh, jam berapa ini? (to be contiuned…)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar