Laman

10 Apr 2011

Cairo I`m Coming...!!! (part 2)

Cerita sebelumnya klik di sini

Setelah acara makan selesai, aku terlelap, hingga kulihat cahaya jingga masuk lewat celah jendela, waduh, jam berapa ini?

Perasaanku mengatakan, aku tidur lama sekali, tapi sepertinya matahari baru saja mau terbit? Belum terpikir bagaimana untuk shalat di pesawat karena celana yang kukenakan kotor dan aku pun tidak tahu dimana letak kamar kecil, belum lagi kemana aku harus menghadap nanti (meskipun ada kemudahan untuk shalat menghadap sesuai dengan arah pesawat). Yah, semoga memang di bawah sana matahari belum terlihat! (aneh)



Doha! Qatar! Tempat transit sejenak sebelum menuju Cairo. Setelah drama menegangkan pendaratan pesawat ditambah kaget, akhirnya kami persiapkan diri untuk turun. Alangkah terkejutnya ketika aku turun, Wuss!! Udara hangat ditambah kaca mata berembun! (karena suhu kaca lebih dingin dari udara di luar), inilah tanah negeri orang yang pertama kali kuinjak! Kami sempat ingin berfoto-foto ria di sekitar pesawat, namun bis sudah siap mengangkut kami masuk ke dalam bandara, lagian shalat subuh belum! Haha! Aku tidak tahu arah timur di mana, tapi memang belum kulihat cahaya jingga yang baru saja kulihat ketika masih di atas, semoga saja memang belum terbit.

Waktu menunjukkan pukul 5.45 (kulihat waktu kedatangan di tiket jam 5.35, kira-kira tambah sedikit lah!). Setelah kami diangkut dengan bis, kami tiba di salah satu pintu masuk ke dalam bandara. Pemandangan yang sama sekali belum pernah kulihat, dan baru saja kulihat saat itu, berbagai macam orang dengan warna kulit, tinggi badan, wajah dan lainnya bercampur, berseliweran kesana kemari. Setelah mengantri lama hanya untuk pemeriksaan, akhirnya kami mencari mushalla!
Doha International Airport! 6.30! aku masih belum percaya, di mana aku sekarang? Bagaimana keadaan keluargaku? Teman-temanku? Jam berapa di sana? Suasananya tidak seperti Soekarno Hatta, memang dari bangunannya Doha lebih besar dibanding Soekarno Hatta, karena bisa dibilang Doha adalah salah satu bandara sibuk di daerah timur tengah, dengan tarif maskapai yang relatif ‘ekonomis’ namun mencakup penerbangan dari negara-negara Asia, Afrika, dan Eropa, bahkan mungkin hingga ke Amerika.

Kawan, penantian kami di sini ternyata sangatlah lama, kami direncanakan berangkat kembali ke Cairo pada jam 1 siang, jadi kira-kira enam jam lebih kami menunggu! Owh, tidak! Seperti kata pepatah, “Pekerjaan yang paling tidak menyenangkan adalah menunggu” kitapun hanya berkeliling, ngobrol, sekalian cuci mata (haha!). Ceritanya kami dapat jatah makan dua kali, pertama hanya roti dan kentang goreng! Tambah pepsi dan apa entah! (ini mah ngemil, bukan makan!) lalu pada jam 10 baru kami temukan nasi dan daging! Owh tidak! Baru kutinggalkan Negeriku Tanah Airku Tumpah Darahku Indonesia beberapa jam saja, aku sudah merindukan masakannya!

Akhirnya, setelah penantian yang panjang, kami chek in kembali. Setelah cek pasport, visa, tiket dan embel-embelnya, kami diarahkan kepada sebuah tangga yang akan menuntun kami ke bis yang akan mengantar kami ke pesawat. Setelah menuruni tangga, kami mendapati sebuah ruangan kaca besar dengan kursi tempat menunggu dan sebuah pintu besar yang tertutup rapat, menunggu bis yang akan mengantar kami tiba.

Alangkah mengejutkan kawan! Ketika pintu di buka, Wush!! Udara panas langsung membakar badan!! Padahal kami masih berada di dalam ruangan, dan sama sekali tidak terkena sinar matahari! Buru-buru ku masuk ke dalam bis yang lumayan ber-AC. Aku baru ingat, Agustus adalah musim panas!

Setelah bis keluar dari bandara menuju landas pacu, kulihat pemandangan yang sama sekali aneh, tidak ada warna hijau sama sekali! Yang kulihat hanya coklat, coklat dan coklat! Kontras dengan warna langit yang biru cerah tanpa awan! Arab! Gurun pasir! Musim panas!! Lengkap sudah! Tak kubayangkan bagaimana jika ku keluar dari bis ketika itu.

Mau tidak mau, kami harus keluar bis untuk naik ke pesawat! Haha! Kau mungkin belum bisa bayangkan apa rasanya ketika itu, tengah hari, jam satu siang, bawa tas dan memakai jaket! meskipun jaraknya tidak terlalu jauh, tapi cukup membuat kami kapok!

Pesawat yang kami tumpangi tidak terlalu penuh, kuminta izin pada ‘mbak pramugari cantik’ untuk pindah ke tempat yang kosong di samping jendela, dan Yes!! Dia mengizinkan! Pesawatpun tinggal landas, dengan cara yang sama seperti tadi malam. Ya Allah, begini ternyata rasanya di udara, segala macam terlihat sangat kecil sekali, karena memang daerah padang pasir, hanya warna coklat kulihat, kontras dengan birunya langit dan putihnya awan dibawahku.

Kulayangkan pandangku melalui kaca jendela
Dari tempat kubersandar seiring lantun kereta
Membawaku melintasi tempat-tempat yang indah
Membuat isi hidupku penuh riuh dan berwarna…
Kualunkan rinduku selepas aku kembali pulang
Tak akan kulepaskan dekapku
Karena kutahu pasti aku merindukanmu seumur hidupku.
Ku akan kembali pulang….!!! Perjalanan ini - Padi

Pulau buatan!! Itu yang membuatku terkejut pertama kali, begitu berambisinya manusia untuk membuat hal baru, kukira itu hanya cerita belaka, ternyata benar adanya! Meskipun tidak sebagus pulau buatan di Dubai, tetaplah tak pernah kulihat ini secara langsung! Lalu bulatan-bulatan entah apa, berwarna hijau, kini aku berada di atas kerajaan Saudi Arabia, mungkin itu adalah pertanian, bulat-bulat bertebaran di atas tanah, kecil sekali, pertanian yang sepertinya ‘dipaksakan’ untuk tumbuh di tengah-tengah padang pasir panas, sekali lagi ‘kok bisa manusia buat seperti ini??’.

Jika kau lihat kawan! Bagaimana awan bisa berkumpul di ketinggian yang sama, tidak terlihat awan yang melebihi tinggi awan lainnya, begitu juga tidak lebih rendah dari yang lainnya. Seolah ada pembatas yang tak terlihat menahan mereka agar sejajar! Ajaib! Sudah melihat seperti ini, masih ada yang bilang bahwa alam ini terjadi secara ‘kebetulan?’ aku yakin, secanggih apapun teknologi manusia, tidak akan pernah bisa membuat seperti ini! awan berkumpul di ketinggian yang sama, lalu bagaimana ia bisa menampung berjuta ton air dengan ketinggian seperti ini? dan menjatuhkannya tetes demi tetes? Masihkah kita ragukan keajaiban penciptaanNya?

Kami sekarang melewati daerah pegunungan Sinai! Pemandangan tetap tidak berubah, Coklat! Tak bisa kubayangkan, bagaimana Panglima Kholid bin Walid bersama pasukannya menyebrangi padang pasir ini dari Irak menuju Mesir, dan juga Imam Syafi`i berjalan menggunakan keledai berbulan-bulan dari Irak ke Mesir, Subhanallah!! Sedangkan kita sekarang tertawa-tertawa di atas pesawat yang sejuk. Sepertinya daratan ini lebih tinggi, inilah Sinai! katanya di sinilah Nabi Musa mendapatkan wahyu pertama kali. Lalu kulihat lautan dan terusan Suez dengan puluhan kapal pengangkut kontainer yang sama-sama kecil. Pertanda kami akan segera mendarat di Cairo! This time for Africa…!!!

Inilah rahasia kebesaran bangsa Mesir sejak dahulu kala, Nil!! Jika kau lihat dari Google Earth, maka akan kau lihat daerah hijau di tengah-tengah warna coklat, berbentuk seperti huruf Y, membentang dari lembah sungai nil di selatan hingga Aleksandria di pantai sebelah utara sana! Membelah Mesir menjadi dua bagian, Di sanalah letak Cairo! Sebuah daerah yang menjadi rebutan sejak dahulu, dari peradaban Fir`aun dengan raja-rajanya dan para Nabi yang menyebarkan agama tauhid dari Yusuf, Ya`kub, Musa, Harun, lalu perebutan daerah antara Romawi dan Persia, lalu beralih tangan ke pasukan Islam, lalu di tangan Islampun sempat berpindah beberapa dinasti dari Umayyah, Abbasiyah, Fathimiyah, Ayyubiyah, Utsmani (Ottoman), lalu penjajahan Inggris dan Perancis, hingga perang antara Israel dan Pasukan Mesir, benar-benar sejarah panjang yang melelahkan bagi bangsa yang dikenal dengan Ibu Dunia ini.

Pengumuman dengan bahasa inggris dan arab menggema di pesawat, aku tak paham apa yang ia maksud, hanya kulihat saja sang ‘mbak pramugari cantik’ berkeliling mengingatkan para penumpang agar memasang sabuk pengaman masing-masing, tak lama lagi kami akan mendarat! Cairo…. I’m Coming…!!!
Sekarang tepat ku berada di atas kota Cairo, pesawat memutar ke sebelah kanan, membuatku bisa leluasa melihat megahnya kota Cairo dari piramid Giza di sebelah barat hingga batas kotanya di sebelah timur, dibelah dengan panjangnya sungai Nil. Dengan bangunan kotak-kotak layaknya kardus mi goreng, berjejer rapih di antara semrawutnya jalan raya. Ya Allah, akhirnya beberapa menit lagi kupijakkan kakiku di sana.

Pesawat mendarat dengan selamat, kami pun bersiap menurunkan barang masing-masing dari bagasi di atas kepala, dan bersiap menghadapi ‘panas’ yang akan segera menyerang. Dan, benar kataku, panas! Benar-benar panas! Karena aku pun belum pernah merasakan panas seperti ini meskipun Jakarta sudah kuanggap kota paling panas! Dan ternyata ini jauh lebih dari Jakarta!! Kami pun buru-buru jalan cepat menuju ke dalam bandara yang pastinya ber-AC! AC yang tidak dibutuhkan di Bandung khususnya di Nagreg, akan sangat dibutuhkan di sini! (Haha)

Cairo International Airport, 5.15 pm. Tak mau kami berlama-lama berada di luar ruangan, udara panas sangat menyiksa bagi kami yang baru saja merasakan suhu seperti ini. Kesan pertama ketika menginjakkan kaki di negeri ini, kami di tahan oleh petugas imigrasi, ditanya ini itu, entah apa kami pun tidak mengerti, (lha bagaimana mau mengerti, dia berbicara dengan bahasa `Ammiyah Mesir, bahasa pasaran mereka) setidaknya jika dia sadar kalau kami turis, ia akan mencoba menggunakan bahasa yang kami mengerti, Fusha! Itulah orang Mesir! Mungkin (sebagian dari) mereka merasa telah menjadi bangsa yang tinggi, karena banyak pelancong yang datang ke negeri mereka, dan banyak orang asing yang bisa menguasai bahasa mereka, akhirnya mereka terbiasa bercakap-cakap dengan bahasa ibu mereka meski dengan orang asing yang pastinya belum mengerti bahasanya. (sangat berbeda dengan kita di Indonesia, mati-matian kita berusaha berbicara dengan bahasa inggris -yang mereka pahami- jika ingin ngobrol dengan turis, meski terkadang banyak turis yang bisa bahasa Indonesia, bahkan jawa atau sunda!)

Setelah lama kami di’tahan’, akhirnya kami diperbolehkan masuk untuk mengambil barang, berdiri lama dengan tas berat di punggung, ah, tak perduli, yang penting aku sudah tiba dengan selamat!! Lalu kesan kedua! Ketika kami sibuk mencari koper masing-masing dan mengangkutnya ke atas troli, ada beberapa orang Mesir berseragam biru muda ‘berbaik hati’ mengangkatkan koper kami ke atas troli, memang hanya sedikit yang ia angkat, karena rata-rata kami memiliki satu koper. Tapi kawan, manis di depan tidak enak di belakang, aku tidak tahu kalau dia memang pekerja di sini, dan biasanya ia mencari uang dengan cara membantu lalu meminta duit. Aih! Sori mas! Kami belum punya duit! Kalo mau bantuin yang ikhlas deh! Haha! (lagian mau bayar pake apa? Rupiah? Kitapun belum sempat tukarkan uang)

Ternyata, di pintu keluar sudah banyak orang yang menjemput kami, akhirnya setelah sang penjemput berbincang-bincang sebentar lalu kami langsung diantar ke arah bis yang tersedia di area parkir, udara panas kembali menyelimuti, matahari masih bertengger dengan gagahnya di sebelah barat, perkiraanku ini masih jam 4 sore, tapi kawan! Apa ini? waktu menunjukkan pukul 6 sore!! Lebih tepatnya setengah tujuh!! Hah?? Bercanda? Jam segini, matahari masih senyum-senyum ‘ngeledek’ kita yang kelelahan setelah perjalanan? Oi! Kawan! Sadar! Kita sekarang berada di Cairo! Bulan Agustus, Musim panas!! Siang akan lebih lama dari malam!! (sepertinya keren mengalami ‘siang lebih lama dari malam’ tapi bagaimana aku puasa besok?)

Untungnya bis ber-AC, lumayan meringankan rasa lelah yang kurasa. Sekali lagi kesan yang kutangkap dari perjalananku kali ini, Cairo, dengan lalu lintas yang padat, jalan yang lebar, bangunan kotak coklat bertingkat di mana-mana, begitulah rumah di sini, jika di Indonesia biasa kita sebut dengan apartemen, tumbuhan yang ‘dipaksakan’ tumbuh menghiasi pembatas jalan, pasir di mana-mana, dan terangnya ‘petang jam setengah tujuh’, ditambah padatnya jalan berisi mobil dan… hei kawan! Sangat jarang kulihat motor di sini! Tidak seperti Jakarta atau Bandung, motor bebas seliweran di mana-mana!

Pemandangan yang berbeda, orang Mesir sangat meriah dalam menyambut awal Ramadhan, bahkan lebih meriah dari pada ketika mereka merayakan Idul Fitri (itu memang kurasakan!), kau akan lihat berbagai macam hiasan dari ornamen-ornamen kain, lampu hias, tulisan-tulisan, dan segala macam yang menjadikan jalan semakin macet! Ingin kututup mata ini karena lelah selama perjalanan, namun pemandangan menakjubkan ini tak ingin kubiarkan begitu saja, inilah kesan pertamaku menginjakkan kaki di sini!! Mesir!

Yah, itu hanya sedikit catatan perjalananku menuju negeri impian, ribuan orang ingin merasakan indahnya Cairo, mungkin ini saatnya kubilang “maaf ya! Aku duluan!!” haha. Jika kau ingin merasakannya, mintalah kepadaNya! Semoga saja kau mendapatkan kesempatan sepertiku! Ku tunggu!!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar