Saat Pemuja Tuhan dianggap Bodoh

Berbagai macam ayat dalam Al-Qur'an menjelaskan kepada manusia bahwa Allah telah memberikan anugerah yang luar biasa kepada manusia, yaitu seonggok daging yang menjadi pusat dari pada kehidupan manusia, otak. Dalam beberapa ayat manusia diajak untuk berpikir, menggunakan nalar berfikirnya untuk meresapi dan meneliti segala hal yang terjadi di sekelilingnya.

Berpikir adalah proses yang menurut para ulama dan mutakallimin sebagai proses yang paling pertama menuju sebuah keimanan. Karena sebanyak apapun tanda, ayat atau hadis yang ditunjukkan kepada seseorang hal itu tidak akan berguna selama ia tidak menggunakan pikirannya untuk memahami ayat-ayat itu.

Ya, berpikir adalah hal penting yang berulang kali diperintahkan dalam Al-Qur'an, namun ada hal yang lebih penting lagi, yaitu hidayah. Betapa banyak orang yang dengan proses yang ia jalani telah menemukan berbagai macam rahasia alam semesta, namun terkuaknya rahasia-rahasia alam ternyata bukan malah menyadarkannya tentang adanya tuhan namun justru semakin menjauh dari tuhan.

Terdapat sebagian kaum cendekiawan bahkan ilmuan yang berkata bahwa tuhan hanyalah sebuah alasan untuk menutupi ketidak tahuan. Ketika manusia belum mengetahui rahasia peredaran benda-benda langit, disebut bahwa yang menggerakkan adalah tuhan. Ketika manusia belum mengetahui sistem sirkulasi air hujan, disebut bahwa yang menurunkan hujan adalah tuhan. Ketika manusia belum mengetahui sebab terjadinya bencana alam, banjir, tsunami, gunung meletus, disebut bahwa tuhan marah akibat ulah manusia.

Namun kini manusia semakin pintar, manusia sudah tahu bahwa yang menggerakkan benda-benda langit bukanlah tuhan, namun gravitasi antar benda langit lah yang membuat mereka bergerak. Manusia sudah tahu bahwa pergerakan lempengan bumi lah yang menyebabkan terjadinya gempa, dan tsunami, bukan tuhan. Dan kini sudah ditemukan “partikel tuhan” yang disebut sebagai penyebab awal terjadinya bigbang, yang dengannya terjawablah pertanyaan besar selama ini, bagaimana terciptanya alam bersama isinya?

Mereka tidak sadar bahwa dalam setiap jawaban yang mereka sebutkan masihlah terdapat pertanyaan yang mesti dijawab. Tentang gravitasi, darimana gravitasi itu berasal? Kenapa bisa ada gravitasi di setiap benda-benda langit? Siapa yang memberikannya? Tentang gempa dan tsunami, bagaimana lempengan bumi bisa bergerak? Siapa yang menggerakkannya? Masihkah gravitasi? Hingga kepada persoalan akhir yang disebut sebagai jawaban atas pertanyaan terbesar tentang penciptaan alam pun masih ada pertanyaan yang mesti dijawab. Darimana partikel tuhan berasal? Kenapa pertemuan antara partikel itu bisa menyebabkan sebuah ledakan besar? Siapa yang mengaturnya agar meledak? Siapa yang menjadikan partikel itu ada??

Kita pasti bisa menjawab ketika ditanya kenapa air bisa mendidih? Karena ia telah mencapai suhu 100 derajat celsius. Kenapa air bisa membeku? Karena ia telah mencapai suhu nol derajat celsius. Namun masih ada pertanyaan lagi. Siapa yang mengatur bahwa air akan mendidih dalam suhu sekian dan membeku dalam suhu sekian?

Kita juga pasti bisa menjawab ketika ditanya kenapa kita bisa hidup di planet bumi? Jawabannya adalah karena di planet ini terdapat atmosfer yang menjaga agar udara menetap, dan juga karena perbandingan jarak antara planet bumi dengan besar volume matahari yang memungkinkan bumi untuk ditinggali. Namun masih ada pertanyaan, siapa yang telah meletakkan planet ini dengan jarak sekian dan berputar mengelilingi bintang yang memiliki volume sekian? Ini mungkin pertanyaan yang remeh, namun inilah maksud dari perintah berpikir di ayat-ayat al-Qur’an.

Seperti sidik jari dan retina yang bisa menjadi tanda pengenal diri, yang setiap manusia memiliki bentuk yang berbeda dengan lainnya. Apakah sistem-sistem yang mega rumit ini hanya muncul kebetulan tanpa ada yang mengaturnya?

Jika dalam al-Qur’an terdapat pertanyaan retorika yang mengatakan “Apakah orang yang tahu dan yang tidak tahu itu sama?” Sekarang sudah banyak manusia yang tahu segala hal, maka sekarang hanya hidayah-lah yang membedakan antara orang-orang yang tahu itu.