Laman

26 Mar 2011

Surat tak Terbaca...

Sebenarnya malam ingin berucap,
Siang pun saksikan kedua hati kita.
Semak semak tempat ku sembunyi dari pahit,
Raungan fajar menunggu embun.



Kupikir kau marah,
Kukira kau kecewa,
Tenanglah!
Mereka tak akan sebarkan bangkai yang telah ku tanam jauh di dasar bumi!

Oh ya!
Baru kemarin kurasakan sejuknya nil!
Tempat yang selalu kau sebut aliran surga.
Kini ku rasakan betapa dekat surga itu.
Jaraknya hanya sebatas lutut di rebahan.

Namun sayang!
Benang benang putih yang kau berikan,
Sekarang tak pernah lagi terlihat!
Bacaan keluhan yang selalu kau dengar,
Kini hanya berputar di ruang kumuh bobrok ubun ubun kepala.

Rumput indah yang selalu kita siram dan nikmati hijaunya,
Kini menguning ditinggal Mikail hentikan hujan.
Kucing gemuk pekarangan rumah,
Tak mau lagi makan sisa sisa aroma senyuman kita.

Jika kemarin adalah mimpi,
Tunjukkan dimana bisa kucari frame ceritanya!
Jika kemarin adalah pelajaran,
Tunjukkan bagian mana harus kuperbaiki!

Besok kan pertemukan kita dengan pecahan mozaik lalu,
Besok kan hiasi senyumnya
Surat tak terbaca - Cairo, 2 Januari 2011.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar