Laman

18 Feb 2011

Teh Manis: Keutamaan Ilmu dan Kewajiban Penuntut Ilmu dalam Kitab Ihya Ulumuddin

Tidak dipungkiri lagi, bahwa ilmu adalah segalanya di dalam kehidupan kita di dunia ini, secara naluri, orang akan lebih melihat kepada orang yang berilmu dari pada orang yang tidak berilmu. Di dalam sya`ir dikatakan “Orang yang berilmu akan dianggap besar meskipun ia masih kecil, dan orang bodoh akan dianggap kecil meskipun ia telah berumur tua.

Kitab Ihya `ulumuddin adalah salah satu karya Imam Besar Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, yang menjadi rujukan dalam berbagai macam ilmu salah satunya adalah ilmu tasawwuf, di dalamnya terdapat kutipan-kutipan dari Al-Qur'an, Hadits, perkataan sahabat, perkataan ulama dan nasihat-nasihat dari beliau sendiri. Di antara dalil Al-Qur'an yang menegaskan keutamaan ilmu dalam kitab ini adalah:

يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَ الَّذِينَ أُوتُوا العِلْمَ دَرَجَاتٍ - المجادلة : 11

Artinya: Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kalian dan derajat orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.

قُلْ هَلْ يَستَوِي الَّذِيْنَ يَعلَمُونَ وَ الَّذِينَ لاَ يَعْلَمُوْنَ - الزمر : 9

Artinya: Katakanlah (hai Muhammad) apakah sama orang yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui?

إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ العُلَمَاءُ - فاطر : 28

Artinya: Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepadanya hanyalah para ulama.

وَ تِلْكَ الأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ وَ مَا يَعْقِلُهَا إِلاَّ العَالِمُونَ - العنكبوت : 43

Artinya: Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia, dan tidak ada yang dapat memahaminya kecuali orang yang berilmu.

Dan dari Hadits:

أَفْضَلُ النَّاسِ المُؤْمِنُ العَالِمُ الَّذِيْ إِنْ احْتُيِجَ إِلَيْهِ نَفَعَ وَ إِن اسْتُغْنِيَ عَنْهُ أَغْنَى نَفْسَهُ *1

Artinya: Sebaik-baik manusia adalah orang beriman yang berilmu, yang jika ia dibutuhkan maka ia bermanfaat dan jika tidak dibutuhkan ia tetap bermanfaat bagi dirinya.

الإِيمَانُ عُرْيَانٌ وَ لِبَاسُهُ التَّقْوَى وَ زِيْنَتُهُ الحَيَاءُ وَ ثَمْرَتُهُ العِلْمُ *2

Artinya: Iman bagaikan telanjang, dan pakaiannya adalah takwa, hiasannya adalah rasa malu dan buahnya adalah ilmu.

أَقْرَبُ النَّاسِ إِلَى دَرَجَةِ النُّبُوَّةِ أَهْلُ العِلْمِ وَ أَهْلُ الجِهَادِ , أَمَّا أَهْلُ العِلْمِ فَدَلَّوا النَّاسَ عَلَى مَا جَاءَتْ بِهِ الرُّسُلُ وَ أَمَّا اَهْلُ الجِهَادِ فَجَاهَدُوا بِأَسْيَافِهِمْ عَلَى مَا جَاءَتْ بِهِ الرُّسُلُ *3

Artinya: Orang yang memiliki derajat paling dekat dengan derajat kenabian adalah orang yang berilmu dan orang yang berjihad, orang berilmu telah menunjukkan manusia kepada (agama) yang dibawa oleh para Rasul, dan orang yang berjihad telah berjuang dengan pedang mereka demi agama yang dibawa oleh para Rasul.

يَشْفَعُ يَومَ القِيَامَةِ الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ العُلَمَاءُ ثُمَّ الشُّهَدَاءُ *4

Artinya: Orang yang akan memberi syafa`at di hari kiamat adalah para Nabi lalu para ulama dan para syuhada.

قال ابن عباس : لِلْعُلَمَاءِ دَرَجَاتٌ فَوْقَ المُؤْمِنِينَ بِسَبْعِ مِائَةِ دَرَجَةٍ مَا بَيْنَ الدَّرَجَتَيْنِ سَبْعُمِائَةُ عَامٍ *5

Ibnu Abbas berkata, “Para ulama memiliki derajat di atas kaum mukminin sebanyak tujuh ratus derajat, dan jarak di antara dua derajat sama dengan perjalanan tujuh ratus tahun.

Imam Ghazali menambahkan, para penuntut ilmu diwajibkan atas tujuh perkara, yaitu:

1. Ia harus mengedepankan perbaikan pada dirinya sebelum memperbaiki orang lain, mempraktekkan ilmunya kepada dirinya sendiri sebelum mengajarkannya kepada orang lain.

2. Ia harus menyendiri, menjauhkan dirinya dari berhubungan dengan orang-orang terdekatnya agar fikirannya terfokus kepada ilmu. Maka ilmu tidak akan mendatanginya secara keseluruhan kecuali jika ia mendatanginya secara keseluruhan.

3. Tidak menyombongkan dirinya dengan ilmu yang ia miliki. Bahkan ia diwajibkan untuk selalu rendah hati dan menghormati orang lain yang berada di atasnya. Dalam sebuah riwayat, diceritakan bahwa Ibnu Abbas mendekatkan keledainya untuk dinaiki oleh Zaid bin Tsabit, lalu ia berkata “Janganlah keu lakukan itu hai sepupu Rasulullah!”, lalu Ibnu Abbas berkata “Kami diperintahkan untuk memperlakukan para ulama dan orang yang terhormat seperti ini (dengan baik)” maka Zaid bin Tsabit mencium tangan Ibnu Abbas dan berkata “Baginilah kami diperintahkan untuk menghormati keluarga Rasulullah saw.”

4. Agar menjauhkan dirinya dari pertentangan dan perselisihan pendapat, karena perselisihan dan perbedaan pendapat akan membuatnya kaget dan bingung, dan ia akan melupakan apa yang seharusnya ia capai.

5. Tidak meninggalkan suatu cabang ilmu hingga mendapatkan inti dan tujuan dari ilmu tersebut, jika ia memiliki umur yang panjang, maka ia akan mendapatkannya, dan jika ia merasa umur tidak akan mencukupinya, maka hendaklah memilih hal yang lebih penting dahulu, dan itu hanya dapat dilakukan setelah mempelajari dasar dari berbagai macam cabang ilmu.

6. Hendaknya mendahulukan ilmu yang dapat menjamin kehidupannya di akhirat kelak, hal ini telah dianjurkan oleh Rasulullah saw. lalu diteruskan oleh para sahabat dan para ulama sufi, namun sayangnya, hal ini dianggap kebanyakan orang hanya sebagai kicauan para ulama sufi saja.

7. Agar meniatkan dalam mencari ilmu untuk menambah kedekatannya dengan Allah swt. lalu dengan para ulama dan guru-gurunya, dan tidak bermaksud untuk mencari ketenaran, kepemimpinan, kedudukan. Barang siapa yang bertambah ilmu dan tidak mendapatkan petunjuk, maka ia tidaklah mendapatkan apa-apa kecuali jarak yang jauh dari Allah swt. Orang yang terbaik adalah orang yang berilmu, mangamalkan ilmunya dan mengajarkannya.

Semoga kita termasuk orang yang berilmu, mengamalkannya dan mengajarkannya, Semakin bertambahnya ilmu kita, semakin bertambah cinta kita terhadap Allah, RasulNya, para sahabat, para ulama dan guru-guru kita, semakin bertambah pula rasa haus akan ilmu dan dijauhkan oleh Allah dari perasaan sombong dan angkuh.

اللّهمّ انفعنا بما علّمتنا وعلّمنا ما ينفعنا وارزقنا علوما تنفعنا في الدّين و الدنيا و الآخرة. آمين.

Ya Allah, jadikanlah kami bermanfaat dengan ilmu yang telah engkau ajarkan kepada kami, ajarilah kami ilmu yang bermanfaat dan berkatilah kami dengan ilmu yang bermanfaat bagi kami di dalam agama ini, di dunia dan di akhirat. Amin.
*********
1. HR. Imam Suyuthi dalam Jam`u Al-Jawami` no. 3796; Al-Hafidz Al-`Iraqi dalam Al-Mughni no. 6/1.
2. HR. Ibnu Abi Syaibah no. 191/7; Al-Hindi dalam Kanzu Al-`Ummal no. 87; Ibnu Asy-Syajari dalam Al-Amali no. 36, 15/1.
3. HR. Adz-Dzahabi no. 524/17.
4. HR. Ibnu Majah no. 4313; Al-Khotib Al-Baghdadi dalam kitab Tarikh no. 177/11.
5. HR. Al-Hindi no. 28797.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar